Bekasi – Mobil Mini Klasik mempunyai keunikan tersendiri bagi penggemarnya. Bisa dikatakan perlu waktu dan biaya yang tidak sedikit untuk mendapat nyawa dari kendaraan beroda empat besutan asal Inggris ini.
Hal tersebut diketahui dari bengkel seorang hebat yang juga melayani restorasi Mini klasik, QQ Mini Morris yang bermarkas di Jl. Raya Hankam No. 56, Jatimurni, Bekasi. Polo Siregar selaku juru bicara yang dipercaya pemilik bengkel untuk berbicara kepada detikOto, menyampaikan besaran biaya restorasi Mini Morris atau klasik keluaran 1959-2000 tergantung dari kondisi bahan.
“Kalau mulai pengerjaan dari bongkar, las, cat hingga jadi jalan itu makan waktu dari 5 hingga 7 bulan, tergantung dari kondisi mobil, part-nya, kan ada beberapa partnya yang susah kan, nggak pribadi dapat dipasang,” ungkap Polo kepada detikOto.
Baca juga: Intip Bengkel Spesialis Mobil ‘Mr. Bean’ |
“Biaya restorasi macam-macam ya, umumnya hingga jalan lezat gitu, umum dari Rp 100 hingga 170 juta di luar harga kendaraan beroda empat ya, umumnya habis segitu semua spare part sama jasa,” tutur Polo.
Ia kemudian memperlihatkan salah satu kendaraan beroda empat yang sedang direstorasi tapi kondisi beberapa part kendaraan beroda empat masih utuh harganya dapat lebih murah lagi. “Nah misalnya ini kendaraan beroda empat kondisinya jadi kan, dibongkarin, dan partnya masih utuh, ya lebih murah paling cuma habis Rp 60 juta,” kata Polo.
Soal spare part bengkel yang sudah populer di komunitas pencinta Morris ini tak perlu pusing. Soalnya masih gampang dicari melalui barang copotan, dan impor pribadi dari Inggris.
“Aduh kini sistemnya sudah online kan, apa aja dimasukan kan, yang penting legal cara masukannya ya,” ungkap Polo.
Ia juga menuturkan bengkel tersebut juga memperlihatkan garansi jasa apabila terjadi duduk perkara sesudah restorasi kendaraan beroda empat selama rentang waktu 2 minggu. Kaprikornus nggak perlu khawatir lagi ya Otolovers.
Bisa dikatakan bengkel QQ Mini Morris sudah mempunyai nama besar di kalangan pencinta kendaraan beroda empat Mini klasik. Soalnya, jangkauan konsumennya tak hanya wilayah Jabodetabek. “Wah bila dibilang sudah Bhineka Tunggal Ika,” canda Polo. “Ada dari Bandung, Surabaya, Bali, pernah Sumatera, hanya Papua dan Sulawesi yang belum,” tambahnya.