Planet ‘Neptunus Hangat’ Beratmosfer Primitif Berhasil Ditemukan

Ilustrasi, bukan foto nyata. Kredit: NASA/GSFC

 – Baru-baru ini, sebuah planet absurd menyerupai planet Neptunus namun bersuhu lebih hangat berhasil ditemukan. Studi planet “Neptunus hangat” ini juga mengungkapkan bahwa beliau mempunyai atmosfer primitif yang terdiri dari hidrogen dan helium, yang mengubah pemahaman para astronom wacana bagaimana sistem planet terbentuk.

Dikenal secara resmi sebagai HAT-P-26b, planet ini dijuluki “Warm Neptune” atau “Neptunus hangat” alasannya ialah beliau berukuran sebesar planet Neptunus namun mengorbit dengan jarak yang terlalu erat dengan bintang induknyanya (sekitar 4,23 hari) yang kira-kira dua kali lebih bau tanah dari Matahari kita. Ia bersama bintang induknya terletak sekitar 437 menit cahaya dari Bumi.

Planet ini ditemukan oleh para astronom memakai Teleskop Antariksa Hubble dan Spitzer. Metode penemuannya memakai metode transit, yakni mengamati gerakan planet ini ketika beliau melintas di depan bintang induknya, HAT-P-26.

Dengan menganalisa cahaya bintang yang telah dilewati oleh planet “Neptunus hangat” ini, para astronom sanggup sedikit mempelajari sifat-sifat atmosfer dan menjelaskan banyak wacana sifat fisik planet “Neptunus hangat” ini.

Planet “Neptunus hangat” ini ternyata cukup mengejutkan. Musababnya, planet ini mempunyai atmosfer yang sangat primitif. Dengan kata lain, hampir seluruh atmosfernya terdiri dari hidrogen dan helium dengan uap air dan awan.

Dalam jurnal penelitian yang diterbitkan pada Science journal, tim astronom yang menemukan kembaran Neptunus ini menyatakan pengungkapan planet ini sebagai terobosan penting dalam sains. “Dari sini kita sanggup memahami bagaimana planet terbentuk, juga bagaimana atmosfer sanggup tercipta yang ternyata sangat variatif.”

Hal unik lainnya yang ditemukan tim astronom ini ialah berlimpahnya air di atmosfer planet HAT-P-26b. Itu berarti ada unsur metalik yang tinggi di sana. Meski begitu, massanya lebih rendah dari asumsi awal, yakni sekitar 4,8 di bawah massa Matahari.

Di Tata Surya kita, jumlah metalik Jupiter lima kali lebih besar dari Matahari. Sementara jumlah metal di Saturnus 10 kali lebih besar dari Matahari. Kedua planet tersebut hampir sepenuhnya terdiri dari hidrogen dan helium.

Tim astronom ini mengambil kesimpulan itu ketika sistem Tata Surya gres terbentuk. Dari waktu ke waktu, ketika sistem Tata Surya mulai stabil, planet ini bergeser menjauhi bintang induk. “Tampaknya begitu pula yang akan terjadi oleh HAT-P-26b,” tulis tim dalam jurnal.

“Para astronom sekarang gres saja mulai menyelidiki atmosfer planet-planet sebesar Neptunus yang jauh menyerupai ini,” kata pemimpin studi Hannah Wakeford dari Pusat Penerbangan Antariksa Goddard milik NASA. “Hasil tak terduga semacam ini ialah mengapa aku sangat suka menjelajahi dan mempelajari atmosfer planet-planet asing.”


Sumber: Sky at Night, IFLScience, Science Magazine.