Panen Pahala Di Bulan Haram Dzulhijjah

 bulan haram sungguh sangat istimewa dan hanya diperuntukkan bagi ummat Rasulullah Shallal Panen Pahala Di Bulan Haram Dzulhijjah
sumber : http://www.langitallah.com – Panen Pahala Di Bulan Haram Dzulhijjah


Panen Pahala Di Bulan Haram Dzulhijjah


Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Panen Pahala Di Bulan Haram Dzulhijjah [Langitallah.com] – Keutamaan bulan – bulan haram sungguh sangat istimewa dan hanya diperuntukkan bagi ummat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Diantara 12 bulan yang ditetapkan oleh Allah Subhanahu wa TA’ala, terdapat di dalamnya 4 bulan yang sangat istimewa yang dikenal dengan bulan-bulan haram Hijriyah. Di dalamnya kita menerima kesempatan untuk memaksimalkan amal ibadah kita, lantaran sesungguhnya segala amal ibadah yang dilakukan atau dikerjakan di bulan haram akan dilipatgandakan pahalanya oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Begitu pula dengan dosa maksiat yang kita lakukan juga akan dilipatgandakan tanggapan atasnya.

Bulan Dzulhijjah, misalnya, yang merupakan bulan pelaksanaan ibadah haji bagi umat muslim yang terpusat di tanah haram Makkah dan Madinah, kita memperoleh kesempatan untuk bisa panen pahala dibulan haram dzulhijjah ini.

Lalu bagaimana dengan kita yang belum mempunyai kesempatan untuk melaksanakan ibadah haji tersebut? Apakah juga memperoleh kesempatan untuk ber-panen pahala di bulan haram Dzulhijjah tersebut sebagaimana mereka yang telah mempunyai kesempatan itu?

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di dalam Al-Qur’an :

“Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah yaitu dua belas bulan, dalam ketetapan Allah pada waktu Dia membuat langit dan bumi, di antaranya (ada) empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kalian menganiaya diri kalian di (dalam) bulan yang empat itu, danperangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kau semuanya, dan ketahuilah sebenarnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa”. [QS. At-Taubah : 36]

Di dalam Surah At-Taubah ayat 36 di atas menyebutkan ada 4 bulan haram yang ditetapkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala di antara 12 bulan hijriyah. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim bahwa :

“Empat bulan haram yaitu: Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab”. [HR. Al-Bukhari dan Muslim, dengan sanad Shahih]

Berkata Qatadah rahimahullah:

“Sesungguhnya berbuat zhalim di bulan-bulan haram dosanya lebih besar dari pada berbuat zhalim di bulan-bulan lainnya, sekalipun berbuat zhalim pada semua keadaan yaitu perkara yang besar (dosanya)”. [Dikeluarkan Ibnu Jarir dalam Tafsirnya no.16698, dengan sanad hasan].

Dalam Tafsir Al-Baghawi dengan lafaz:

Amal shaleh lebih besar pahalanya di bulan-bulan haram dan berbuat zhalim di dalamnya lebih besar dosanya dari berbuat zhalim di selainnya sekalipun kezhaliman di setiap keadaan yaitu perkara yang besar (dosanya). [Tafsir Al-Baghawi: 2/345].

Sehingga dari klarifikasi di atas, sanggup diketahui bahwa sesungguhnya berbuat dosa di dalam 4 bulan haram itu lebih besar dosanya, dan begitupula sebaliknya bahwa berbuat amal shaleh dan kebaikan di bulan tersebut lebih besar pula pahala yang diperoleh.

Ketahuilah sahabatku, bahwa tidaklah Allah mempertemukan kita sekalian dengan bulan-bulan haram ini melainkan sesungguhnya Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang menghendaki kita untuk sanggup memperoleh kesempatan berpahala sebanyak-banyaknya sebagai bekal kelak untuk kita bawa kehadapan Allah saat hari simpulan zaman nanti, di hari dimana tidak ada lagi jual beli, di hari dimana tidak ada seorang pun yang sanggup membantu kita mempertanggung jawabkan segala amal perbuatan kita sewaktu hidup di dunia ini.

Ketahuilah wahai saudaraku -semoga Allah memperlihatkan kita taufiq- bahwa marilah kita memperbanyak amal shaleh terutama saat kita dipertemukan dalam bulan haram, semisal bulan dzulhijjah ini.

Dan di antara bentuk ibadah yang sanggup kita kerjakan sebagai ladang panen pahala di bulan haram dzulhijjah (misalnya), yaitu :

Memperbanyak Amal Shaleh Di 10 Hari Pertama Bulan Dzulhijjah

Telah tiba dari hadits Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi Sahallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Tidak ada amalan pada hari-hari yang lebih afdhal dari (amalan yang dikerjakan) pada hari-hari ini (10 hari pertama bulan dzulhijjah).” Para sobat berkata, “Tidak juga jihad?” Beliau menjawab: “Tidak juga jihad. Kecuali seseorang yang keluar dari rumahnya dengan mengorbankan diri dan hartanya (di jalan Allah), kemudian ia tidak kembali lagi”. [HR. Al-Bukhari, dengan sanad shahih]

Tentunya, hadits di atas bersifat umum, meliputi semua bentuk amal shaleh baik berupa shalat wajib (tentunya) dan juga ditambah dengan shalat sunnah, membaca mushaf Al Qur’an dan mentadabburinya, berinfaq, bersedekah, berdzikir, menyambung tali silaturahmi, serta ibadah shaleh lainnya yang dikerjakan semata mengharap ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah, berkata :

“Sepuluh hari (pertama) dzulhijjah lebih utama dari sepuluh hari (terakhir) ramadhan”
. dan ditaqrir oleh muridnya Ibnul-Qayyim rahimahullah. [Majmu Al-Fatawa: 25 /287].

Puasa Sunnah

Telah disunnahkan untuk berpuasa pada 9 hari pertama bulan dzulhijjah, dan (bagi yang mampu) boleh mencukupkannya dengan ibadah kurban di hari kesepuluh bulan dzulhijjah dan pada hari-hari tasyriq -11,12,13 dzulhijjah-. Dan ini yaitu pendapat lebih banyak didominasi ulama.

Berkata Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah:

(Hadits di atas) dijadikan dalil keutamaan puasa 10 hari dzulhijah lantaran puasa termasuk kategori amal. Yang menjadi duduk perkara yaitu diharamkan puasa pada hari Id (hari lebaran), maka dijawab bahwa (penyebutan 10 hari) maksudnya kebanyakan (harinya). [Fathul-Baari: 2/460]

Dan telah tiba dari salah seorang istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata :

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam puasa pada sembilan hari Dzulhijah.” [HR. Ahmad, Abu Dawud dan lainnya, dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Abu Dawud. Yang kuatnya hadits ini lemah, telah dilemahkan oleh Az-Zailai dalam Nasbur-Rayah:2/157, dan Syuaib Al-Arnaut dalam Tahqiq Musnad Ahmad].

Puasa Arafah 9 Dzulhijjah

Amalan puasa arafah (9 Dzulhijjah) ini telah dibiasakan oleh para sobat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“puasa pada hari Arafah, saya berharap kepada Allah semoga dengannya Dia menghapus dosa setahun sebelumnya dan setahun sesudahnya”. [HR. Muslim, dari Abu Qatadah radhiyallahu ‘anhu].

Memperbanyak Takbir

Dan dianjurkan untuk banyak bertakbir, menurut keumuman firman Allah Ta’ala:

“Dan berdzikirlah kepada Allah pada hari-hari yang ditentukan”. [QS. Al-Hajj:28]

Hari-hari yang ditentukan yaitu 10 hari pertama bulan dzulhijjah. Dan telah dinukil dari sebagian sobat menyerupai Ibnu Umar dan Abu Hurairah radhiyallahu anhuma bahwa mereka bertakbir pada hari-hari itu (10 hari pertama). [Lihat Syarhul-Mumti’:5/162].

Jangan Memotong Rambut dan Kuku

Larangan ini dikhususkan bagi yang hendak berkurban atau menyembelih binatang kurban, maka terdapat larangan dalam memotong rambut dan kukunya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Jika telah memasuki sepuluh hari pertama dzulhijjah, dan salah seorang dari kalian ingin berkurban maka janganlah ia menyentuh (memotong) rambut dan kukunya”. [HR. Muslim dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha].

Melaksanakan Shalat Idul Adha

Shalat idul adha pada tanggal 10 Dzulhijjah sangat ditekankan di sini, ini menurut firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Al Qur’an :

“Maka dirikanlah Shalat lantaran Tuhanmu; dan berkurbanlah” [QS. AL-Kausar : 2]

Ibadah Shalat yang dimaksud kan di dalam Surah Al-Kausar ayat 2 tersebut di atas bagi Jumhur Ulama yaitu Shalat Idul Adha, yang kemudian disempurnakan dengan ibadah kurban bagi yang mempunyai kemampuan atasnya.

Berkurban (Bagi yang bisa melakukannya)
Menyembelih binatang kurban atau biasa juga disebut dengan ber- kurban dilakukan pada tanggal 10 Dzulhijjah (hari Idul Adha) ba’da shalat Id, atau sanggup juga dilaksanakan pada hari tasyriq setelahnya yaitu pada tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah.

Lalu pada hari-hari setelahnya sebaiknya diisi dengan memperbanyak lagi amal shaleh menurut keumuman hadits yang telah disebutkan sebelumnya.

Dan hendaklah seorang muslim itu bersemangat dalam mengisi hari-harinya dengan hal yang bermanfaat.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Semangatlah terhadap apa yang bermanfaat bagimu, dan minta tolonglah kepada Allah dan jangan engkau bersikap lemah.” [HR. Muslim].

Sahabat Langitallah.com, demikianlah setetes ilmu yang kami beri judul “Panen Pahala Di Bulan Haram Dzulhijjah” ini, dan sebagai suplemen dari kami bahwa hendaklah kita lebih mengutamakan ibadah wajib kita kemudian ditambah dan disempurnakan dengan ibadah – ibadah sunnah lainnya sesuai dengan tuntunan dan contoh-contoh dari Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam, lantaran sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala sangat menyayangi hambaNYA yang mendekatkan diri kepadanya dengan ibadah wajib dan kemudian sunnah.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam sebuah hadits Qudsi:

“Tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan suatu ibadah yang lebih Aku cintai dari pada yang telah Aku wajibkan. Dan senantiasa hamba-Ku terus menerus mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan sunnah sehingga Aku mencintainya”. [HR. Al-Bukhari].

Wallahu a’lam bishshawab.

Referensi : Al Qur’an, Hadits, serta pada thalibmabar.online

Label : pahala bulan haram dzulhijjah, dzulhijjah, sunnah, amal, ibadah

Deskripsi : Hadits Qudsi : “Tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan suatu ibadah yang lebih Aku cintai dari pada yang telah Aku wajibkan. Dan senantiasa hamba-Ku terus menerus mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan sunnah sehingga Aku mencintainya”. [HR. Al-Bukhari].