Venus. Kredit: NASA/JPL-Caltech |
– Selain planet merah Mars, planet lainnya yang menjadi calon kolonisasi insan yakni Venus, si kembaran Bumi. Ia merupakan planet terdekat dengan Bumi, bahkan lebih akrab dari jarak Bumi-Mars. Lalu, apa yang harus dilakukan untuk membuat Venus cukup nyaman bagi hunian manusia?
Sebelum menjawabnya, kita perlu mendiskusikan apa yang membuat Venus harus jadi planet utama untuk misi kolonisasi. Selain berjarak akrab dengan planet kita, Venus juga mempunyai sifat keplanetan yang sama dengan Bumi. Ia ibarat dalam hal ukuran, massa, dan mempunyai gravitasi yang sebanding dengan Bumi.
Sebagai planet tetangga terdekat Bumi, Venus juga mengorbit Matahari dalam “Goldilocks Zone” (atau zona laik huni). Tapi tentu saja, ada banyak perbedaan utama antara zona laik huni Venus dengan Bumi. Perbedaan paling kentara adalah; Venus berada di pinggir dalam zona laik huni Matahari, sehingga suhu permukaannya lebih panas.
Atmosfer Venus dikala ini diketahui 90 kali lebih tebal dari lapisan atmosfer Bumi, suhu permukaan rata-ratanya cukup panas untuk melelehkan timah, ditambah adanya udara beracun yang terdiri dari karbon dioksida dengan adonan asam sulfat.
Dengan demikian, jikalau insan ingin tinggal di sana, beberapa rekayasa ekologi yang serius — alias teraformasi — harus ditempatkan sebagai prioritas utama. Dan mengingat kesamaan dengan Bumi, banyak ilmuwan berpikir Venus akan menjadi kandidat utama untuk teraformasi, bahkan lebih dari Mars!
Selama masa yang lalu, konsep teraformasi Venus telah muncul beberapa kali, baik dari segi fiksi ilmiah maupun sebagai subjek penelitian ilmiah. Seiring pengetahuan kita wacana Venus bertambah, maka bertambah pula tawaran atau gagasan untuk mengubah lansekap Venus biar menjadi lebih cocok untuk daerah tinggal manusia.
Jadi, bagaimana cara kita memulai mengubah kondisi Venus? Salah satu gagasan untuk memulai misi teraformasi ini yakni meredam sinar Matahari, mencegahnya untuk mencapai permukaan Venus. Misi yang satu ini akan membutuhkan teknologi epilog sinar Matahari yang ditempatkan di orbit yang sempurna akrab Venus. Dengan cara ini, suhu permukaan Venus akan berangsur-angsur menurun.
Wajah Venus di masa depan bila teraformasi berhasil. Kredit: Wikimedia Commons |
Pada tahun 1961, Carl Sagan dalam makalah berjudul “The Planet Venus” menunjukkan gagasannya untuk teraformasi Venus; memakai basil dengan rekayasa genetika untuk mengubah karbon di atmosfer Venus menjadi molekul organik. Namun, hal ini sepertinya tidak akan berhasil mengingat adanya asam sulfat di awan Venus dan efek dari angin matahari.
Dalam studinya pada tahun 1991, ilmuwan Inggris Paul Birch mengusulkan sebuah penelitian bertajuk “Terraforming Venus Quickly”. Ia menunjukkan gagasan bahwa kita bisa melaksanakan teraformasi Venus dengan membombardir atmosfernya dengan hidrogen.
Reaksi yang dihasilkan ketika hidrogen bertemu karbon dioksida di atmosfer Venus akan membuat grafit dan air, yang nantinya bisa jatuh ke permukaan sebagai hujan dan bisa menutupi sekitar 80{8b1dcbf9295d470b6fc6f0c964cd89e83e63c2758fab5815b9c3db84b919353d} dari permukaan Venus menjadi lautan.
Tapi, mengapa kita harus menghijaukan Venus? Mengapa tidak merawat Bumi saja? Salah satu alasan utama untuk menjelajahi Venus dan mengubah iklimnya biar nyaman untuk pemukiman insan yakni untuk membuat “rumah cadangan” bagi umat manusia.
Kita tak bisa selalu menutup mata atas kerusakan yang terjadi pada Bumi. Sebagian dari kita juga sudah berbondong-bondong merawat Bumi, sebagian lagi juga tak kenal ampun merusak Bumi. Maka dari itulah, misi ibarat ini cukup penting. Peradaban insan juga bisa menjadi lebih maju alasannya yakni berhasil menjadi spesies yang menghuni dua planet sekaligus.
Secara keseluruhan, manfaat teraformasi Venus sepertinya sudah cukup jelas. Tapi hingga ke titik ini, melaksanakan teraformasi Venus merupakan sebuah tantangan besar, yang terang bahwa misi ini tidak akan tercapai dalam waktu dekat. Walau begitu, Venus tetap menjanjikan bagi rumah kedua manusia.
Sumber: Huffington Post.