Mengapa Ada Bintang Di Alam Semesta?

Bintang-bintang. Kredit: Wikimedia

 – Tanpa bintang-bintang, alam semesta hanya akan terdiri dari hidrogen yang mengambang bebas. Kehidupan mustahil terbentuk. Tapi, mengapa ada bintang di alam semesta?

Hemm, pertanyaan ini sering InfoAstronomy.org dapatkan melalui surel dari pembaca. Mengapa ada bintang? Apa fungsi dari bintang-bintang itu terhadap kehidupan di Bumi?

Untuk pertanyaan kedua, fungsinya yaitu supaya kau sanggup hidup. Bumi kita mendapat energi pribadi dari Matahari yang merupakan salah satu bintang di alam semesta. Tanpa Matahari, Bumi tidak akan mendapat pasokan energi yang mencapai 99{8b1dcbf9295d470b6fc6f0c964cd89e83e63c2758fab5815b9c3db84b919353d} itu, dan bahkan tidak sanggup terbentuk mengingat planet terbentuk dari cakram akresi yang mengelilingi Matahari dikala masih berusia muda miliaran tahun yang lalu.

Tidak ada planet, tidak ada kehidupan menyerupai yang kita kenal sekarang, secara ilmiah. Lalu, bagaimana dengan bintang-bintang yang lain?

Mari kita kenali dulu bagaimana bintang sanggup ada di alam semesta. Diketahui, bintang terbentuk di dalam gas dan bubuk antarbintang yang relatif padat yang dikenal sebagai awan molekuler. Daerah ini sangat cuek (suhunya sempurna di atas nol mutlak).

Pada suhu ini, gas dan bubuk tadi mengikat atom secara bersama-sama. CO dan H2 yaitu molekul paling umum dalam awan gas dan bubuk antarbintang ini. Ketika pengikatan atom itu sudah cukup besar, gas dan bubuk akan menggumpal hingga mempunyai kepadatan yang tinggi. Ketika kepadatan mencapai titik tertentu, cikal bakal bintang sanggup mulai terbentuk.

Pembentukan bintang sejati akan dimulai ketika bab padat dari inti awan molekuler tersebut runtuh di bawah gravitasi mereka sendiri. Inti ini biasanya mempunyai massa sekitar 104 kali massa Matahari dalam bentuk gas dan debu.

Inti tersebut lebih padat daripada awan molekuler di luarnya, menciptakan mereka runtuh lebih dulu. Ketika inti runtuh, mereka terpecah, berpisah menjadi objek-objek individual dengan ukuran sekitar 0,1 parsecs dan massanya 10 hingga 50 massa kali massa Matahari. Gumpalan dari pecahan ini kemudian terbentuk menjadi protobintang.

Proses pembentukan protobintang. Kredit: Univ. Oregon

Proses runtuhnya awan molekuler hingga menjadi protobintang diketahui memakan waktu hingga setidaknya 10 juta tahun. Lantas, bagaimana kita tahu proses ini terjadi kalau butuh waktu yang begitu lama?

Untungnya, sebagian besar inti pada sebuah awan molekuler ini memancarkan radiasi inframerah. Radiasi inframerah itu berasal dari energi yang dikeluarkan oleh protobintang. Dengan teknologi berupa teleskop radio, para astronom sanggup mengamatinya walau terhalang awan molekuler yang gelap.

Kembali lagi ke protobintang, ketika protobintang berhasil terbentuk, elemen gas padanya akan jatuh tertarik gravitasi ke intinya. Gas yang jatuh itu akan melepaskan energi kinetik dalam bentuk panas dan tekanan, menciptakan inti protobintang menyala, bintang muda pun terbentuk.

Sementara itu, sisa bubuk dari awan molekulernya akan mengelilingi sang bintang muda tadi, membentuk cakram akresi yang pada karenanya akan berevolusi menjadi planet-planet yang mengelilingi sang bintang.

Nah, hingga di sini, kita sudah mengetahui sedikit bagaimana bintang terbentuk. Alasan ilmiah mengapa ada bintang di alam semesta yaitu alasannya yaitu keberadaan awan molekuler tadi. Alam semesta dipenuhi oleh awan molekuler yang terdiri atas hidrogen, menciptakan bintang-bintang sangat gampang terbentuk.

Masih ingin tau dengan fungsi bintang-bintang bagi manusia? Hemm, sepertinya keberadaan benda langit tidak melulu ihwal atau untuk kita. Bisa saja bintang-bintang (selain Matahari) dianggap tidak terlalu mempunyai kegunaan bagi manusia, tetapi di bintang tersebut ada planet yang berisi kehidupan. Kehidupan di sana akan memerlukan energi dari bintangnya.

Ya, walaupun memang belum terbukti (atau kita belum sanggup menemukan) kehidupan ajaib itu, setidaknya dari sekian banyak bintang di alam semesta, apakah memang kita hanya sendiri saja?

Lagi pula, bintang-bintang dulu cukup mempunyai kegunaan bagi manusia. Nenek moyang kita sempat merangkai bintang-bintang ke dalam bentuk rasi bintang. Nah, beberapa rasi bintang ada yang dipakai sebagai penunjuk arah di kala melaut pada malam hari, sebagai tanda pergantian musim, atau ada pula sebagai tanda mulai menanam atau mulai panen.

Bila ditanya “manfaatnya apa”, mungkin hal itu memang tidak berlaku untuk alam semesta. Semua benda di alam semesta ya memang ada di sana saja. Kita sebagai insan hanya mempunyai kesempatan untuk mempelajarinya.

Seharusnya, pertanyaannya diubah seperti: Bagaimana insan sanggup mengambil manfaat dari keberadaan bintang, planet, dan bahkan galaksi di alam semesta untuk kehidupan yang lebih maju?