Mempelajari Alam Semesta Yaitu Menemukan Diri Sendiri

Kredit foto: Denys Bilytskyi/Alamy

 – Kita semua berasal dari abu bintang. Mungkin terdengar menyerupai sebait puisi, tapi faktanya ada bukti ilmiah yang solid dari pernyataan ini. Bisa dikatakan, mempelajari alam semesta yakni menyerupai mencoba menemukan diri sendiri.

Pada awal 1980-an, astronom terkemuka Carl Sagan sempat membawakan serial televisi “Cosmos”. Pada program itu, Sagan secara menyeluruh menjelaskan banyak topik astronomi, termasuk sejarah Bumi, evolusinya, asal permintaan kehidupan, dan Tata Surya.

“Kita yakni cara bagi alam semesta untuk mengetahui dirinya sendiri. Beberapa bab dari badan kita tahu dari mana kita berasal. Kita akan kembali. Alam semesta ada di dalam diri kita. Kita terbuat dari abu bintang,” kata Sagan dalam suatu episode Cosmos.

Pernyataannya meringkas fakta bahwa karbon, nitrogen dan atom oksigen dalam badan kita, serta atom dari semua unsur berat lainnya, diciptakan pada generasi sebelumnya, yakni bintang-bintang lebih dari 4,5 miliar tahun yang lalu.

Karena manusia, hewan, serta sebagian besar bahan di Bumi mengandung unsur-unsur ini, hal tersebut menjadi bukti aktual bahwa kita benar-benar terbuat dari material bintang. Semua material organik yang mengandung karbon, awalnya dihasilkan dari sebuah bintang. Alam semesta awalnya yakni hidrogen dan helium, kemudian karbon terbentuk miliaran tahun setelahnya.

Bagaimana Material Bintang Ada di Bumi?

Ketika sebuah bintang telah kehabisan pasokan hidrogen, ia sanggup mati dalam ledakan bintang yang disebut nova. Ledakan yang lebih masif, disebut supernova. Ledakan bintang menyerupai ini telah melemparkan gumpalan awan abu dan gas besar ke ruang angkasa bervariasi tergantung pada jenis supernovanya.
Sebuah supernova sanggup mencapai kecerahan maksimum beberapa hari sesudah pertama kali meledak. Bintang yang mati dalam supernova kemudian sanggup terus bersinar secara intens selama beberapa ahad sebelum jadinya secara sedikit demi sedikit memudar dari pandangan.
Akibat supernova, material dari bintang ini jadinya menyebar ke seluruh ruang antarbintang. Bintang tertua di alam semesta terdiri dari hidrogen dan helium. Sementara oksigen dan sisa unsur-unsur berat lainnya di alam semesta berasal dari ledakan supernova bintang-bintang yang lebih muda.
Ini yakni sebuah teori yang telah teruji. Kita tahu bahwa bintang menciptakan elemen berat, dan di janjkematian mereka, mereka akan mengeluarkan gas dan atom-atom ke dalam ruang antarbintang sehingga sanggup menjadi bab dari bintang generasi berikutnya, menjadi planet, dan bahkan menjadi benih kehidupan.

Gas dan atom-atom dari supernova ini lantas akan membentuk senyawa-senyawa baru, menyerupai oksigen. Ketiga oksigen bertemu hidrogen, maka akan terbentuk air pada sebuah planet dan menyusun hampir 70{8b1dcbf9295d470b6fc6f0c964cd89e83e63c2758fab5815b9c3db84b919353d} badan manusia.

Lalu terbentuknya kalsium, maka tulang insan sanggup menjadi kuat. Terbentuknya natrium, maka bersama oksigen dan hidrogen sanggup terbentuk garam yang menjaga kadar keasaman badan manusia. Dan begitu banyak unsur dan senyawa lainnya.

Jadi, semua kehidupan di Bumi, bahkan atom di dalam badan kita, diciptakan dari bintang-bintang pendahulu yang telah meledak dalam supernova tadi. Kita menyerupai mempunyai koneksi terhadap bintang-bintang di alam semesta. Kita yakni mereka.

Lain kali, saat Anda keluar menatap bintang yang bersinar di langit malam, Anda sedang melihat diri sendiri di kehidupan sebelumnya. Kita yakni bintang yang sedang mempelajari dirinya sendiri.


Sumber: Livescience.com, Sciencedaily.com. Physics.org