Legenda Watu Ratapan Angin Di Dieng

Batu Ratapan Angin merupakan sebuah Batu pandang yang terdapat di Dieng atau tepatnya di atas Dieng Plateu Theater. Di kawasan ini anda sanggup melihat pemandangan berupa dua buah telaga yaitu Telaga Warna dan Telaga Pengilon dari atas bukit. Pemandangan ini akan terlihat indah sekali sehingga banyak wisatawan yang tiba dan berfoto ria di lokasi ini. Di lokasi Batu Ratapan Aggin ini terdapat dua buah watu besar kawasan kita bangun menikmati pemandangan yang terletak di bawah. Ada cerita menarik seputar Batu Ratapan Angin ini terkait denga asal-usulya. Masyarakat sekitar menyebutnya dengan Legenda Batu Ratapan Angin. Penasaran menyerupai apa kisahnya ? Berikut yaitu Kisah asal-usul Batu Ratapan Angin selengkapnya.

 Legenda Batu Ratapan Angin di Dieng



Pada zaman dahulu hiduplah pasangan yang terdiri dari seorang pangeran yang tampan dan seorang putri yang manis jelita. Keduanya menjalin kasih, saling mengasihi dan senang di suatu wilayah. Suatu ketika, ada pihak ketiga yang mencampuri hubungan percintaan keduanya. Seorang pria ini begitu mempesona sehingga menggoda sang putri. Sang Putri pun belakang layar menjalin cinta dengan lelaki tadi.

Meskipun ditutupi dengan begitu rapatnya, suatu ketika keburukan niscaya akan tercium juga. Sang Pangeran akibatnya mencicipi ada hal gila dalam perilaku sang putri. Akhirnya secara belakang layar Pangeran tersebut menyidik ada apa gotong royong dengan perilaku gila sang putri. Suatu ketika sang putri keluar untuk menjalin kasih dengan kekasih barunya. Tanpa diketahui sang Putri, Pangeran mengikuti dari belakang. Sampailah di sebuah bukit, sang putri bertemu dengan lelaku yang menjadi kekasihnya dan memadu kasih di kawasan yang rindang itu. Betapa terkejutnya sang Pangeran melihat insiden itu. Tanpa menuggu lama-lama lagi, Pangeran eksklusif menghadik kedua pasangan tak resmi itu. Sang putri yang melihat sang Pangeran muncul tiba-tiba menjadi kaget setengah mati. Pertengkaran sengit pun terjadi diantara ketiganya. Akibat tersulut rasa emosi, sang putri berbuat nekat dengan berusaha membunuh sang Pangeran. Sang pangeran menjadi murka, dan akibatnya mengutuk sang putri dan kekasih gelapnya menjadi batu. Sang Putri menjadi watu yang duduk sedang lelaki selingkuhannya menajdi watu yang berdiri. Batu-batu ini apabila diterpa angin yang kencang akan menjadikan suara-suara menyerupai rintihan. Suara ini dianggap sebagai bunyi tangisan keduanya dan menyesali kesalahannya. Masyarakat lalu menamai watu tersebut dengan “Batu Ratapan Angin”.

Sampai ketika ini Legenda Batu Ratapan Angin tersebut banyak beredar di masyarakat. Namun semua kembali ke diri kita apakah mau mempercayai legenda Batu Ratapan Angin diatas atau tidak. Yang jelas, gotong royong bunyi gila dari tiupan angin bukanlah hal yang aneh. Fenomena menyerupai ini gotong royong sanggup dijelaskan oleh ilmu pengetahuan. Mari kunjungi Obyek Wisata yang sangat menarik di Dieng.