Ilustrasi. Kredit: NASA/JPL-Caltech |
– Sebuah planet menyerupai Jupiter namun lebih besar dan panas berhasil ditemukan sekelompok astronom. Yang menarik, planet tersebut ternyata menjadikan denyutan tak biasa menyerupai detak jantung pada bintang induknya. Bagaimana bisa, ya?
Perlu diketahui, denyutan bintang bukanlah hal yang absurd di alam semesta. Ada bintang-bintang yang diklasifikasikan sebagai jenis bintang variabel berdenyut, ialah bintang dengan kecerahan yang berubah-ubah selama mereka berevolusi.
Perubahan kecerlangan bintang-bintang variabel berdenyut ini sanggup sangat besar ataupun sangat kecil, dan sanggup berlangsung dalam waktu detik sampai tahunan, tergantung jenis bintang variabel itu sendiri. Denyutan itu terjadi tanggapan kondisi khusus dan gaya berpengaruh yang berlangsung di dalam bintang-bintang itu.
Namun, denyutan pada bintang yang diamati melalui Teleskop Atariksa Spitzer ini jauh berbeda. Denyutan tersebut tampak terjadi pada lapisan terluar dari bintang yang berjulukan HAT-P-2, yang sama sekali bukan bintang variabel berdenyut. Diperkirakan, planet yang mengorbitnya yang berjulukan HAT-P-2b lah yang membuat denyutan ini setiap kali ia mengorbit sang bintang induk.
Planet HAT-P-2b ini mempunyai massa sekitar delapan kali massa Jupiter, dan dikenal sebagai ‘Jupiter-panas’. Dengan begitu, planet ini begitu besar dan sangat panas sebab mengorbit akrab dengan bintang induknyanya.
HAT-P-2b mengorbit bintang HAT-P-2 dalam jalur elips yang membuatnya sanggup berada sangat jauh sampai berada sangat dekat. Dan selama pendekatan terdekat dengan bintang induknya, tarikan gravitasi antara dua benda angkasa ini menjadikan munculnya semacam denyutan di permukaan bintang.
Walaupun planet HAT-P-2b berukuran relatif besar dibandingkan planet terbesar di Tata Surya kita, Jupiter, faktanya planet ini masih jauh lebih kecil dibandingkan dengan bintang induknya, yang 100 kali lebih besar darinya.
“Ini cukup luar biasa mengingat planet relatif kecil (dari bintang induknya) ini sanggup menghipnotis permukaan bintang induknya dan sanggup kita lihat dari Bumi,” kata Heather Knutson, profesor ilmu geologi dan keplanetan di Institut Teknologi California, AS.