Ketahui Kesalahan Ucapan Selamat Idul Fitri

Ketahui Kesalahan Ucapan Selamat Idul Fitri – Lebaran akan meninggalkan kita haya hitungan hari lagi. Tetapi Umat Islam akan meninggalkan Ramadan dan memasuki hari yang suci. Satu hal yang menjadi ciri khas pada hari raya ini adalah sesama Muslim saling bersalaman dan mengucapkan selamat idul fitri.

Idul Fitri merupakan hari raya umat Islam yang jatuh pada tanggal 1 Syawal pada penanggalan Hijriyah. Karena penentuan 1 Syawal yang berdasarkan peredaran bulan itu, maka Idul Fitri atau Hari Raya Puasa jatuh pada tanggal yang berbeda-beda setiap tahunnya apabila dilihat dari penanggalan Masehi. Cara menentukan 1 Syawal juga bervariasi, sehingga boleh jadi ada sebagian umat Islam yang merayakannya pada tanggal Masehi yang berbeda.

Perkataan itu berbunyi Minal Aidin Wal Faizin. Makna kalimat ini seolah-olah permohonan maaf lahir dan batin pada siapa saja ditemui. Rangkaian kata ini begitu familiar dan terkenal di kalangan masyarakat.

Do’a atau ucapan pada Idul Fitri

Di negara kita sendiri sering mengucapkan doa Minal ‘Aidin wal-Faizin, sebenarnya itu adalah tradisi masyarakat Asia Tenggara. Menurut sebagian besar ulama ucapan tersebut ditidaklah berdasar dari ucapan dari Nabi Muhammad. Perkataan ini mulanya berasal dari seorang penyair pada masa Al-Andalus, yang bernama Shafiyuddin Al-Huli, ketika dia membawakan syair yang konteksnya mengisahkan dendang wanita di hari raya.

Adapun ucapan yang disunnahkan olehnya adalah Taqabbalallahu minna wa minkum (“Semoga Allah menerima amal kami dan kalian”) atau Taqabbalallahu minna waminkum wa ahalahullahu ‘alaik (“Semoga Allah menerima (amalan) dari kami dan darimu sekalian dan semoga Allah menyempurnakannya atasmu” dan semisalnya.”) dan semisalnya.

Akan tetapi, gak ada yang pasti tentang kebenaran kalimat ini. Bahkan di negeri Arab sendiri, gak ada yang mengucapkannya. Rasulullah SAW juga gak pernah mengucapkannya saat Idul Fitri. Lantas gimana Ucap Selamat Idul Fitri yang benarnya?

Momentum Hari Raya Idul Fitri dianggap menjadi waktu yang paling tepat untuk saling bermaaf-maafan pada keluarga, tetangga dan kerabat lainnya. Biasanya pada hari itu, yang muda akan mengunjungi yang tua, untuk memohon maaf dan memaafkan.

Dalam bermaaf-maafan itu lazimnya orang sering mengucapkan Minal Aidin Wal Faizin, mohon maaf lahir dan batin. Jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia, maka kalimat ini memiliki makna “Termasuk orang yang kembali (merayakan hari raya Ied) dan orang-orang yang menang. ”.

Bagi masyarakat Indonesia, kalimat ini sudah begitu melekat. Tatap saja gimana televisi, iklan di media, atau perkataan dari pejabat di televisi yang mengucapkan kalimat itu. Ternyata Nabi Muhammad SAW justru gak pernah mengucapkan kalimat ini saat Idul Fitri.

Tetapi bukan bermakna Nabi gak pernah mengucapkannya pada hari lain. Beliau mengucapkan kalimat itu hanya pada saat menyambut bala tentara yang pulang dari medan perang yang sesungguhnya. Misalnya perang Badar, Thabut dan perang lainnya.

Jubair bin Nufair: “Para sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bila bertemu pada hari raya, maka berkata sebagian mereka pada yang lain: Taqabbalallahu minnaa wa minka (Semoga Allah menerima dari kita dan darimu)”. Al Hafidh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari (2/446) Dalam ‘Al Mahamiliyat’ dengan Isnad yang Hasan

Muhammad bin Ziyad berkata: “Aku pernah bersama Abu Umamah Al Bahili dan selainnya dari kalangan sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka bila kembali dari shalat Ied berkata sebagiannya pada sebagian yang lain: ‘Taqabbalallahu minnaa wa minka” (Ibnu Qudamah dalam “Al-Mughni” (2/259)
Sementara itu, Imam Ahmad menegaskan bahwa ini adalah “Isnad hadits Abu Umamah yang Jayyid/Bagus.

Beliau menambahkan: “Aku gak pernah mengawali mengucapkan selamat pada seorangpun, tetapi bila ada orang yang mendahuluiku mengucapkannya maka aku menjawabnya. Yang demikian itu karena menjawab perkataan selamat bukan sunnah yang diperintahkan dan gak pula dilarang. Barangsiapa mengerjakannya maka baginya ada contoh dan siapa yang meninggalkannya baginya juga ada contoh, wallahu a’lam. ” [Al Jauharun Naqi 3/320. Suyuthi dalam ‘Al-Hawi: (1/81) : Isnadnya hasan]

Tetapi, tentu akan sangat susah mengubah kebiasaan yang sudah turun temurun ini. Jika hanya untuk mendoakan, kalimat Minal Aidin Wal Faizin sah-sah saja. Tetapi, jika bertujuan mengikuti apa yang sudah diajarkan Nabi, maka kalimat ini tergolong Bid’ah. Karena sejatinya, Nabi gak pernah mengajarkan demikian. Wallahu a’lam bish-shawab.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *