Inilah Warisan Rasulullah SAW

Ketahuilah Yang Menjadi Warisan Rasulullah – Warisan menjadi sesuatu hal yang selalu menggiurkan bagi sebagian orang. Di dunia ini warisan identik dengan kekayaan dari keluarga atau kerabat yang sudah meninggal dunia. Gak jarang, hal ini menjadi perebutan bahkan perpecahan dalam sebuah keluarga.

Hal yang sama juga pernah terjadi setelah sepeninggalnya Rasulullah SAW. Banyak umat yang memperebutkan harta warisan. Padahal sejatinya Rasulullah SAW sudah memberikan warisan yang gak ternilai harganya.

Warisan itu gak berbentuk harta, uang, tempat tinggal mewah atau kesenangan dunia lainnya. Akan tapi warisan itu akan abadi dan membawa keberkahan apabila dijaga dengan baik. Lantas warisan apakah yang diberikan Rasulullah SAW kepada umatnya? Berikut informasi selengkapnya.

Warisan Shalat

Warisan pertama yang ditinggalkan oleh Rasulullah untuk umatnya merupakan shalat. Shalat merupakan ibadah yang paling utama diantara amalan-amalan kebaikan lainnya. Bahkan Allah SWT menjadi shalat sebagai tolak ukur dari segala amal ibadah lainnya. Bila baik shalat itu, maka baiklah amalan yang lain. Baca juga Adab Shalat Jumat

Rasulullah SAW memberikan gambaran bahwa orang mukmin yang menjalankan ibadah shalat itu seperti orang yang mandi sebanyak 5 kali di waktu pagi, siang, malam dan malam. Apabila ia selalu menjaga kebersihan, maka bersihlah orang itu dari noda dan kotorab. Maka dosa-dosanya akan rontok bersama iringan bacaan dan gerakan shalat yang dilakukannya.

Kedudukan shalat menjadi sangat penting, karena perintah untuk menjalankannya disampaikan langsung oleh Allah SWT kepada Rasulullah SAW lewat kejadian yang Kita kenal dengan nama Isra’ Mi’raj. Imam Ahmad bin Hajar Al-Haitamiy dalam kitabnya Al-Zawajir mengetengahkan sebuah hadits yang menyebutkan beberapa kemuliaan bagi yang melakukan shalat dan kehinaan bagi yang meninggalkannya.

Ada banyak keberkahan apabila Kita selalu menjalankan ibadah shalat setiap saatnya. Tetapi, ada juga kehinaan bagi mereka yang dengan sengaja melalaikan perintah Allah yang satu ini. Oleh karena itu, jagalah shalat Kita yang menjadi warisan dari Rasulullah SAW.

Dalam banyak hadis, Nabi Muhammad telah memberikan peringatan keras kepada orang yang suka meninggalkan salat wajib, mereka akan dihukumi menjadi kafir[2] dan mereka yang meninggalkan salat maka pada hari kiamat akan disandingkan bersama dengan orang-orang, seperti Qarun, Fir’aun, Haman dan Ubay bin Khalaf.

Warisan Membaca Al-Qur’an

Wasiat berikutnya yang ditinggalkan oleh Rasulullah SAW merupakan membaca Al-Qur’an. Al-Qur’an merupakan kitab yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW sebagai penyempurna Kita terdahulu yang pada akhirnya dijadikan pedoman bagi kehidupan orang.

Di dalam Al-Qur’an berisi berbagai keterangan yang mencakup segala aspek kehidupan di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, penting bagi Kita membaca, memahami dan mengamalkan isi dari Al-Qur’an di dalam kehidupan sehari-hari. baca juga Waktu Terlarang Membaca Alquran.

Akan tapi, pada saat ini banyak orang yang sudah melalaikan kebiasaan membaca Al-Qur’an. Mereka lebih senang menghapal lirik lagu, dibandingkan melantunkan ayat Allah ini. Padahal sebenarnya Kita wajib fokus membaca Al-Qur’an karena akan mendapatkan kemuliaan dari Allah SWT.

Imam Abu `Amr bin Shalah dalam Fatawa-nya mengatakan bahwa, “Membaca Al Qur`na merupakan 1 buah kemuliaan yang dengannya Allah memuliakan orang. Oleh karena itu, luangkanlah waktu untuk membaca dan memahamu Al-Qur’an. Karena Al-Qur’an menjadi warisan dari Rasulullah yang akan membimbing Kita kepada jalan kebenaran. Rasulullah SAW bersabda:

Jika kalian menginginkan ilmu, maka sebarluaskan Al-Qur`an karena di dalamnya tersimpan ilmu orang-orang terdahulu dan yang akan datang.

Warisan Mengetahui Status Halal dan Haram

Warisan terakhir yang diberikan oleh Rasulullah SAW menyangkut pengetahuan tentang status halal dan haram. Warisan Rasulullah yang terakhir ini memberikan pengetahuan tentang pentingnya bagi Kita untuk mengenal status halal dan haramnya segala sesuatu. Baik itu barang, makanan atau amalan perbuatan yang dilakukan selama di dunia ini.

Melakukan atau mengonsumsi perkara yang halal akan menjadikan hidup menjadi lebih berkah dan lebih berbahagia. Berbeda halnya apabila orang itu selalu mengonsumsi hal yang haram, maka neraka merupakan tempat yang pantas baginya.Diceritakan, sepeninggal Nabi SAW, putrinya, Siti Fatimah, meminta kepada Khalifah Abu Bakar agar diberikan warisan dari harta peninggalan Nabi. Namun, Abu Bakar menolak permintaannya. Dasarnya, sabda Rasulullah SAW, “Kami para nabi tidak mewariskan harta. Apa yang kami tinggalkan menjadi sedekah [milik umat].” (HR Bukhari dari Aisyah).

Dalam riwayat lain, dikisahkan pula bahwa sahabat Abu Hurairah merasa heran melihat banyak orang di salah satu pasar di Madinah, yang begitu sibuk berbisnis. Lalu, ke pada mereka Abu Hurairah bertanya, “Kalian di sini, tahukah kalian bahwa warisan Nabi sedang dibagikan di Masjid Nabawi?”

Mereka pun bergegas menuju masjid. Merasa tak ada pembagian warisan di sana, mereka dengan rasa kecewa kembali menemui Abu Hurairah. “Tak ada pembagian warisan di masjid,” sanggah mereka.

Jawab Abu Hurairah, “Apa kalian tidak melihat di sana ada orang-orang yang sedang shalat, membaca Alquran, dan belajar tentang hukum-hukum Allah? Itulah warisan Nabi.” (HR Thabrani dari Abu Hurairah).

Dua kisah ini menegaskan kepada kita bahwa warisan penting yang ditinggalkan Nabi SAW bukanlah harta, tetapi ajaran Islam. Karenanya, ahli waris Nabi bukanlah keturunannya an sich, tetapi para ulama. Nabi SAW, seperti diungkapkan para perawi hadis (ash-hab al-Sunan), berkata, Ulama adalah ahli waris para Nabi.

Sebagai ahli waris nabi, para ulama memikul beban dan tanggung jawab dakwah, yaitu kewajiban menyeru dan mengajak manusia ke jalan Allah, ila sabil-i rabbik(QS an-Nahl [16]: 125) melalui tabligh , amar makruf, dan nahi munkar, serta beramal saleh dan keluhuran budi pekerti (QS Fu shshilat [41]: 33). Hal inilah yang ditunjukkan sahabat Abu Bakar Shiddiq dan Abu Hurai rah, dalam kisah di atas.

Belajar dari dakwah sahabat Abu Hurairah di atas maka ada dua hal yang secara absolut harus dimiliki oleh para ulama dan para dai. Pertama, hikmah, yakni ilmu dan kearifan dalam mengidentifikasi masalah dan memberikan jawab an (solusi) yang tepat dalam mengatasi masalah tersebut.

“Allah menganugerahkan al-Hikmah (kepahaman yang dalam tentang Alquran dan assunah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barang siapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak.” (QS al- Baqarah [2]: 269).

Kedua, qudwah hasanah, yakni keteladanan baik dalam sikap maupun perilaku, sehingga sang dai layak menjadi tokoh panutan (patron client), atau model peran (role model). (QS al-Ahzab [33]: 21).

Warisan yang sesungguhnya adalah agama dan hikmah atau kebenaran yang bersifat universal. Setiap orang beriman, setingkat dengan ilmu dan kesanggupan yang dimiliki, diminta untuk menjaga “warisan suci” ini.

Rasul Muhammad SAW bersabda, “Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara [pusaka]. Kalian tidak akan tersesat selama-lamanya selagi kalian berpegang teguh pada keduanya, yaitu Kitab Allah (Alquran) dan sunah Rasul.” (HR Malik, Muslim dan Ash-hab al-Sunan). Wallahu a`lam.