Halo Matahari. Kredit: Riza Miftah Muharram |
– Mungkin dikala ini Anda atau kita semakin sering mendengar dan membaca keluhan wacana “cuaca yang semakin menyengat” atau “panas sekali hari ini”, yang terlontar dari teman-teman dari kita atau bahkan dari kita sendiri.
Baik keluhan itu disampaikan secara verbal maupun melalui media-media sosial menyerupai Facebook, Twitter dan lainnya.
Hal ini tidak salah, data-data yang ada memperlihatkan planet “Bumi” memang sedang mengalami peningkatan suhu dari waktu ke waktu.
Para ilmuan mulai memeriksa Pemanasan Global yang terjadi dikala ini semenjak simpulan periode ke 18. Sebagian besar hebat berkesimpulan bahwa manusialah yang menjadi penyebab utama dari meningkatnya suhu rata-rata global Bumi.
Isu “Pemanasan Global” atau “Global Warming” yang terjadi dikala ini sedang mengancam kehidupan di dunia. Sejumlah bukti memperlihatkan peningkatan suhu rata-rata global sebagian besar terjadi dalam kurun 60 tahun terakhir atau dimulai pada pertengahan periode ke 20, disebabkan oleh tangan manusia.
Disinyalir, peningkatan jumlah Gas Rumah Kaca (GRK) di Atsmosfer Bumi secara berlebihan oleh tangan insan merupakan “pemicunya”.
Gas Rumah Kaca (GRK)
Sebenarnya keberadaan Gas Rumah Kaca (GRK) di atmosfer kita berfungsi untuk menstabilkan suhu permukaan Bumi pada kondisi yang kita rasakan sekarang, yang memerangkap panas dari cahaya Matahari.
Tampa adanya GRK ini, suhu rata-rata permukaan Bumi akan 33 derajat lebih dingin. Anda bisa mati beku seketika itu juga.
Komposisi dari GRK itu sendiri berupa, Karbon dioksida (CO2) Metan (CH4), Nitrous Oksida (N2O), Hidrokarbon (HFCs), Perfluorocarbons (PFCs) dan Sulphur hexafluoride (SF6).
GRK ini dihasilkan dari siklus hidup makhluk di Bumi seperti, bernafas atau respirasi (melepaskan gas CO2), mengeluarkan feces (melepaskan metana) dan oleh faktor-faktor lainnya terkait dengan “siklus” Bumi.
Perkembangan zaman, teknologi, industri dan kebutuhan energi untuk memenuhi kebutuhan aktifitas insan modern dikala ini, menimbulkan sumber pelepasan GRK ke atmosfer semakin bermacam-macam dan GRK yang dilepaskan berjumlah masif.
Sementara penurunan jumlah tempat hutan telah menimbulkan berkurangnya kemampuan planet Bumi untuk menghasilkan Oksigen (O2) yang berfungsi menopang kehidupan di Bumi dan menyerap atau mengurangi jumlah Karbon dioksida (CO2) di udara.
Berubahnya komposisi Atmosfer Bumi, yaitu meningkatnya konsentrasi GRK secara global menimbulkan panas sinar matahari yang dipantulkan kembali oleh permukaan bumi ke angkasa, sebagian besar terperangkap di Bumi akhir terhambat oleh GRK.
Penggunaan energi fosil (minyak bumi, batubara, gas alam) melalui proses pembakaran pada industri, pabrik, pembangkit energi, kenderaan bermotor, dan pembakaran lahan serta kebakaran hutan telah menimbulkan kadar gas karbon (CO2) di udara semakin meningkat.
Termasuk peternakan modern dalam skala besar yang ada di negara-negera maju, juga berperan meningkatkan kadar gas metan (CH4) di udara, dan banyak sekali hal lainnya.
Ini merupakan faktor yang besar lengan berkuasa meningkatnya jumlah gas buangan GRK di atmosfer dalam beberapa dekade terakhir. Pada balasannya merupakan penyebab terjadinya meningkatnya suhu rata-rata permukaan Bumi atau “Pemanasan Global”.
Temperatur Bumi
Selama seratus tahun terakhir, temperatur rata-rata permukaan Bumi telah meningkat sebesar 0.74 ± 0.18 °Celcius.
Menurut para ilmuwan dunia, pada tahun 2040 mendatang lapisan es tebal di kedua kutub Bumi akan habis mencair, bila peningkatan suhu terus berlanjut.
Salah satu dampak dari Pemanasan Global yaitu meningkatnya suhu permukaan Bumi di masa akan tiba yang akan menimbulkan lapisan es di pegunungan tinggi Amerika latin juga akan mencair.
Skenario menakutkannya adalah, es yang mencair ini akan menciptakan permukaan air maritim naik sehingga menenggelamkan pulau-pulau di Bumi, termasuk Pulau Jawa.
Yang bisa dilakukan
Rentetan kabar jelek mengerikan yang akan terjadi di masa depan tersebut memunculkan pertanyaan. Adakah solusi untuk menghidarinya?
Kabar baiknya, ada beberapa solusi untuk menghentikan laju pemanasan global dan menghindari pengaruh yang ditimbulkan tersebut. Umat insan masih memiliki kesempatan untuk melakukannya.
Pada dasarnya yang harus dilakukan yaitu mengurangi semaksimal mungkin segala aktifitas yang menghasilkan Gas Rumah Kaca atau GRK. Tidak terlalu sering mengendarai kendaraan pribadi misalnya.
Bila memungkinkan, gunakan energi alternatif yang tidak menghasilkan gas Karbon dioksida (CO2). Menanam pohon yaitu pekerjaan yang mulia, pepohonan menyerap gas Karbon dioksida (CO2) dari atsmosfer dan menyimpannya kedalam jaringannya.
Serta gunakan alat transportasi alternatif yang mengurangi buangan gas Karbon dioksida, menyerupai memakai sepeda ketika berangkat kerja, bila itu memungkinkan, selain itu bersepeda juga menyehatkan.
Bagi yang sudah terlalu makmur (kaya dari segi materi) dan kelebihan gizi dan lemak tubuh, beralihlah atau kurangi mengkonsumsi makan daging.
Serta, dengan memakai produk daur ulang, maka kita akan menghemat energi dari pemrosesan yang sanggup melepaskan gas Karbon dioksida ke udara.
Bukan hanya itu saja yang sanggup kita lakukan, masih banyak hal lainnya yang terbilang besar dan kecil untuk menghindari Pemanasan Global.
Namun pada prinsipnya memperlihatkan dorongan, informasi, kampanye secara masif, dan tekanan kepada para pengambil kebijakan di dunia yang bisa menyelamatkan keberlangsungan kehidupan insan di Bumi.
Pada intinya, panasnya suhu Bumi belakangan ini disebabkan oleh insan itu sendiri yang telah mencemari atmosfer dengan GRK. Mari sadar dan berhenti mengeluh!
Penulis: Firman Hadi
Editor: Riza Miftah Muharram