![]() |
gambar ilustrasi : Hati-hati ancaman syirik saat mengusap-usap kuburan |
Hati-hati Bahaya Syirik Ketika Mengusap-usap Kuburan
Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh
[Hati-hati Bahaya Syirik Ketika Mengusap-usap Kuburan] – Pernah melihat orang yang mengusap-usap kuburan saat melaksanakan ziarah kubur?. Kebiasaan mengusap-usap kuburan sering dilakukan oleh sebagian muslim di Indonesia. Entah mereka hanya ikut-ikutan kebiasaan orang bau tanah dan kakek neneknya dulu atau memang ini sudah dianggap budpekerti dalam melaksanakan ziarah kubur.
Di beberapa tempat, mengusap-usap kuburan bukan hanya dilakukan saat menziarahi kuburan orang bau tanah atau kerabat mereka yang telah meninggal dunia, namun banyak diantara para peziarah kuburan para wali atau para ulama melaksanakan acara mengusap-usap kuburan.
Beberapa orang yang saat ditanya mengapa mengusap-usap kuburan tersebut, malah beranggapan supaya sanggup memperoleh keberkahan. Umumnya mereka datang, duduk sebentar mendoakan orang yang berada di dalam kubur, kemudian mengusap-usap kuburan, watu nisan, menyerupai membelai-belai seorang anak bayi yang ia sayangi sambil berharap ada berkah yang diperoleh dari para andal kubur yang ia datangi. Na’udzubilahi minzalik.
Sungguh perbuatan mengusap-usap kuburan atau makam orang-rang shaleh atau para wali merupakan perbuatan syirik yang tidak dibenarkan dalam agama islam. Sebab mengusap-usap kuburan dengan maksud mengharap berkah merupakan pengagungan terhadap andal kubur sebagai ‘ilah’ atau ‘sesembahan’.
Barang siapa mengusap sebatang pohon, watu atau kuburan, dengan cita-cita memperoleh keberkahan darinya, maka bergotong-royong ia telah menjadikannya ilah selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bukankah itu yaitu perbuatan syirik?. Ya, itu yaitu perbuatan syirik yang nyata. Dan Allah mengampuni segala perbuatan dosa hamba-Nya, kecuali Syirik.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” [QS. An-Nisaa’ : 48]
Al-Bukhari dan Muslim telah meriwayatkan dari ‘Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, saat dia (‘Umar bin Khattab) mengusap-usap watu Hajar Aswad dan menciumnya saat dia melaksanakan thawaf. ‘Umar bin Khattab berkata :
“Demi Allah, bergotong-royong saya tahu, bahwa engkau hanyalah sebuah batu, yang tidak sanggup memperlihatkan mudharat juga manfaat, seandainya saya tidak melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menciummu, pasti saya tidak akan menciummu.” [HR. Al-Bukhari, kitab Al-Hajj no. 1597, dan Muslim, kitab Al-Hajj : V/20].
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim di atas, menggambarkan kebencian sahabat ‘Umar bin Khattab kepada perbuatan syirik. Ia mengetahui seandainya ia melihat Rasulullah mengusap-usap dan mencium hajar aswad tidak dengan ilmu, maka ia tentu akan terjerumus dalam perbuatan syirik. Namun ‘Umar bin Khattab sangat faham bahwa hajar aswad yang hanya sebongkah watu itu tidak sanggup memberinya manfaat terlebih lagi mudharat. Ia tau bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala melalui malaikat Jibril telah memerintahkannya untuk mengusap hajar aswad dan menciumnya, maka ia pun mengikutinya.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan At-Tirmidzi dengan sanad yang shahih, dari Waqid Al-Laitsi radhiyallahu ‘anhu, dia berkata :
“Kami pergi bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ke Hunain, kala itu kami gres masuk islam, dan orang-orang musyrik (suka melaksanakan perbuatan syirik, pen) mempunyai sebuah pohon bidara, dimana mereka beri’tikaf di sekitarnyadan menggantungkan senjata mereka pada cabang-cabangnya, yang berjulukan Dzatu Anwath. Kala itu kami melewati pohon tersebut, kemudian kami berkata, ‘Wahai Rasulullah, buatkanlah bagi kami Dzatu Anwath sebagaimana mereka mempunyai Dzatu Anwath’, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Allahu Akbar, hal itu merupakan jalan (orang-orang sebelum kalian),” –demi jiwaku yang berada di tangan-Nya,- bergotong-royong kalian telah menyampaikan sesuatu sebagaimana dikatakan oleh Bani Israil kepada Nabi Musa ‘alaihissalam. ‘Buatlah bagi kami ilah (sesembahan) sebagaimana mereka pun mempunyai ilah,’ Nabi Musa ‘alaihissalam berkata, ‘Sesungguhnya kalian yaitu kaum yang bodoh.’” [HR. At-Tirmidzi dalam AL-Fitan no.2180, dan Ahmad : V/218].
Pada hadits di atas At-Tirmidzi menyampaikan bahwa riwayat hadits di atas merupakan hadits dengan sanad hasan shahih.
Syaikh Hafizh al-Hakami rahimahullah di dalam untaian baitnya, ia berkata :
“Inilah tanpa ragu dan bimbang (aku katakan) bahwa di antara perbuatan andal syirik adalahsegala yang dilakukan oleh orang terbelakang dalam rangka mengagungkan sesuatu yang tidak diizinkan oleh Allah untuk diagungkan.
Seperti orang-orang yang memohon pertolongan kepada suatu tempat, watu makam atau sebagian pohon.
Dia mengadakan hari raya di kawasan tersebut, sebagaimana dilakukan oleh orang-orang penyembah berhala.”
Bagaimana Jika Dosa Syirik Yang Dibawa Mati?
Sebagaimana telah disebutkan di atas perihal ancaman syirik yang tidak sanggup diampuni oleh Allah kecuali dengan taubatan nasuha, bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Al Qur’an pada Surah An-Nisaa’ ayat 48 :
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.”
Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya berkata :
“Allah Ta’ala tidak akan mengampuni dosa syirik, yaitu saat seorang hamba bertemu Allah dalam keadaan berbuat syirik.” [Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, terbitan Dar Ibnul Jauzi, 3:129].
Maksud ayat tersebut berdasarkan Ibnul Jauzi yaitu Allah Ta’ala tidak akan mengampuni dosa dari pebuatan syirik (musyrik) yang ia mati dalam keadaan syirik atau mati dalam kesyirikannya (lihat Zaadul Masiir, 2:104). Ini berarti jikalau seorang hamba mati dalam keadaan belum bertaubat dari perbuatan syirik yang pernah ia perbuat, maka ia akan menjadi hamba yang rugi dan awet di dalam neraka. Sebaliknya, jikalau seorang hamba yang pernah melaksanakan kesyirikan sepanjang hidupnya, dan ia bertaubat dari kesyirikan sebelum ia mati, maka ia akan selamat.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
“Seandainya mereka mempersekutukan Allah, pasti lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.” [QS. Al-An’am : 88]
Perlu diingat bahwa syirik yang dimaksud di sini yaitu syirik dalam rububiyah, uluhiyah, dan asma’ wa shifat. Sebab mentauhidkan Allah yaitu seutama-utama kewajiban seorang hamba. Sehingga jikalau ada hamba yang berbuat syirik (lawan kata tauhid), maka Allah Ta’ala tidak akan mengampuni dosanya. Ini tentu saja berbeda dengan perbuatan dosa yang lainnya yang tingkat dosanya berada di bawah syirik.
Wallahu a’lam bishshawab
Demikianlah artikel “Hati-hati Bahaya Syirik Ketika Mengusap-usap Kuburan”, semoga sanggup bermanfaat dan menambah serta meningkatkan keyakinan kita terhadap Allah Ta’ala. Bahwa tiada sesembahan lain kecuali Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Referensi : Wahid “abdus Salam Baali, ‘Perusak-perusak Akidah’, hal: 43-47
Label : Aqidah, syirik, ancaman syirik, mengusap-usap kuburan
Deskripsi : Syirik banyak macamnya, salah satunya yaitu mengusap-usap kuburan. Bahaya syirik telah dihentikan oleh Allah Ta’ala, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” [QS. An-Nisaa’ : 48]