![]() |
Citra bersahabat Enseladus, salah satu satelit alami milik planet Saturnus. Kredit: Mark van Norden/Flickr/NASA |
– Sejak penelitian awal, diketahui bahwa ada reaksi kimia antara air dan batuan di salah satu satelit alami terbesar keenam milik Saturnus, Enseladus. Reaksi tersebut telah dibuktikan sanggup memberi cukup energi di dalam air Enseladus untuk memberi makan kehidupan mikroba.
Hal tersebut dibuktikan ketika wahana antariksa Cassini melintas bersahabat embusan es yang diletuskan dari bawah permukaan Enseladus ke angkasa pada bulan Oktober 2015. Cassini mendeteksi adanya bentuk hidrogen molekular ketika terbang lintas bersahabat tersebut.
Temuan yang dipublikasikan di jurnal Science menyatakan bahwa Enseladus sekarang sanggup dianggap sebagai dunia yang sangat cocok untuk menampung kehidupan mikroba.
Enseladus sendiri merupakan satelit alami berdiameter kecil, sekitar 502 km, dengan permukaan yang hambar yang dilingkupi oleh es, sementara interior Enseladus diketahui berbatu. Samudra berisi air cair disinyalir berada “terjepit” di antara permukaan dan interior tersebut.
Di sana, selain keberadaan air ibarat di Bumi, wahana antariksa Cassini juga berhasil mengidentifikasi jejak metana, amonia, karbon monoksida, karbon dioksida, molekul organik sederhana, sampai garam.
Bahkan pada bulan Maret 2015, partikel mikroskopis ibarat silika juga berhasil terdeteksi. Pada ketika itu, komposisi dari semburan air di Enseladus mengatakan bahwa air tersebut telah bereaksi secara kimiawi dengan kerikil yang dipanaskan interiornya, mengubah mineral dasar maritim silikat berbatu sementara air menjadi kaya akan materi kimia.
Di dasar lautan Bumi, diketahui reaksi ibarat di Enseladus juga terjadi, di mana air yang mengandung materi kimia bisa mendukung ekologi mikroba yang kaya dan bentuk kehidupan yang lebih kompleks lainnya, yang juga tidak memerlukan sinar Matahari untuk bertahan hidup.
Satu-satunya bukti yang hilang dari reaksi kimia air dan batuan di Enseladus yaitu molekul hidrogen, yang seharusnya dilepaskan sebagai hasil dari reaksi kimiawi tadi.
Namun, studi gres ini telah berhasil mendeteksi molekul hidrogen. Molekul tersebut dideteksi wahana antariksa Cassini ketika terbang di atas ketinggian sekitar 120 km dari permukaan Enseladus beberapa bulan yang lalu. Kala itu, Cassini mengoperasikan instrumen spektrometer massa (instrumen yang bisa meneliti elektron dari zat kimia dan mengurutkannya menurut rasio massanya) dalam mode khusus.
Molekul hidrogen begitu penting, sebab kehadirannya bersama dengan air panas dan batuan memungkinkan mikroba sederhana untuk bertahan hidup di manapun. Reaksi kimia ini melepaskan energi yang sanggup dipakai mikroorganisme untuk mendorong metabolisme mereka.
Ada banyak jenis mikroorganisme “metanogenik” di ventilasi hidrotermal lautan dalam di Bumi yang melaksanakan ini. Sekarang kita tahu bahwa Enseladus mempunyai semua material yang diharapkan semoga hal ini juga terjadi terjadi di sana. Kita hanya kekurangan bukti keberadaan makhluk hidup di sana saja.
Untuk itu, misi penerus wahana antariksa Cassini pun telah dibentuk masterplan-nya oleh NASA. Misi tersebut berjulukan Enceladus Life Finder (ELF). ELF ini akan mengumpulkan dan menganalisa setiap molekul organik kompleks dalam semburan air di Enseladus.
Enseladus berada jauh dari Bumi. Jika kita sanggup menerangkan bahwa ia dihuni oleh kehidupan, maka itulah kehidupan luar Bumi atau yang biasa kita sebut sebagai alien. Itu akan menjadi inovasi penting dan akan memberi bukti bahwa galaksi kita penuh dengan kehidupan selain kehidupan di Bumi. Semakin dekatkah kita dengan first contact dengan “mereka”?
Sumber: The Conversation