Dunia-Dunia Basah Di Tata Surya

Perbandingan jumlah air di Bumi dengan di Europa (satelit alami Jupiter). Kredit: Wikimedia Commons

 – Tahukah Anda bahwa Bumi bukan satu-satunya anggota Tata Surya yang mempunyai air di permukaannya? Tahukah bahwa jumlah air di Bumi bahkan tidak sebanyak jumlah air di Europa (salah satu satelit alami Jupiter) dan Pluto?

Dengan jumlah total air di Bumi yang mencapai volume sekitar 344 juta kilometer kubik, di mana 315 juta kilometer kubik air maritim dan sisanya merupakan air tanah dalam akuifer, air es yang beku di kutub, air di danau dan sungai, serta air kelembaban atmosfer, jumlah tersebut ternyata terlampau sedikit dibandingkan dengan objek lain di Tata Surya.

Europa misalnya, yang kira-kira mempunyai diameter sukuran Bulan kita, diperkirakan menyembunyikan lautan di bawah permukaannya dengan jumlah lebih dari dua kali lebih banyak air yang ada di Bumi.

Bagaimana semua lautan di Tata Surya selain Bumi ini dapat eksis? Untuk menjawabnya, kita harus kembali ke masa-masa awal Tata Surya ketika Matahari muda berkobar di tengah cakram protoplanet tebal yang mengandung banyak debu dan gas.

Bagian dari cakram protoplanet yang paling bersahabat dengan Matahari akan menjadi terlalu panas, yang menciptakan molekul ringan ibarat air dan amonia menguap pergi, itulah mengapa Merkurius dan Venus tak mempunyai samudera.

Namun, lain halnya yang terjadi pada cakram protoplanet yang terletak pada area sesudah apa yang disebut “garis beku”, yang sekarang merupakan area Sabuk Asteroid. Suhu di area tersebut tetap hambar sehingga menciptakan cukup banyak volatil terjebak sebagai es.

Cakram protoplanet ini hasilnya membentuk planet, satelit alami, dan asteroid di Tata Surya kita. Planet-planet belahan dalam ibarat Bumi dan Mars mulai kering dan berbatu. Asal permintaan air di Bumi sejauh ini belum dapat dijelaskan secara menyeluruh. Teori yang terkenal menyebut samudera di Bumi terbentuk berkat hantaman asteroid yang banyak terjadi pada awal pembentukan planet.

Namun, planet-planet raksasa yang berada di luar garis beku terbentuk dengan banyak air es, termasuk satelit-satelit alami mereka. Itu berarti benda-benda anggota Tata Surya ibarat satelit alami terbesar milik Saturnus, Titan, sampai planet kerdil Pluto dan kawan-kawannya di Sabuk Kuiper mempunyai air dalam bentuk es di permukaannya.

Perbandingan jumlah air di benda-benda Tata Surya. Kredit: Business Insider

Water, Water Everywhere…

Mari kita lakukan ekspedisi singkat ke dunia-dunia yang paling mungkin untuk mempunyai lautan air di Tata Surya. Dunia pertama yang terdekat dari Bumi yaitu planet kerdil Ceres, benda terbesar di Sabuk Asteroid.

Ketika wahana antariksa Dawn milik NASA datang di Ceres, ia melihat sepetak area yang abnormal dan terang di permukaannya. Penelitian menyampaikan bahwa sepetak araa terang tersebut terbentuk oleh garam yang berasal dari sublimasi es yang terkubur dalam lapisan di bawah permukaan berbatunya. Jadi, kemungkinan, ada air dalam bentuk es di sana.

Setelah Ceres, slanjutnya kita mencapai sistem tata surya mini Jupiter yang beranggotakan satelit-satelit alami terbesarnya. Mulai dari satelit alami yang terbesar keempat, Europa, diperkirakan mempunyai samudera di bawah permukaan berbatunya, dan bahkan diketahui mempunyai jet di permukaan yang aktif melontarkan air.

Lalu lanjut ke Ganimede, satelit alami terbesar di Tata Surya kita yang juga merupakan satelit alami terbesar Jupiter. Ganimene diketahui mempunyai kerak es tebal dan medan magnet global yang menyampaikan ia mempunyai interior yang panas. Interior ini dapat saja menciptakan kerak es di Ganimede mencair dan menjadikannya lautan air cair ibarat di Bumi.

Pada Saturnus, kita dapat menjelajah Titan, satelit alami terbesar milik sang planet bercincin. Di bawah atmosfer berkabutnya, Titan sekarang diketahui mempunyai danau dan lautan yang penuh dengan hidrokarbon cair ibarat metana dan etana. Dan di bawahnya ada pula kerak es, yang mungkin berisi lapisan air cair.

Masih di sistem Saturnus, ada pula salah satu satelit alami terbesarnya, Enseladus. Ia merupakan satelit alami yang seluruh permukaannya ditutupi oleh es, hal ini menciptakan para astronom berasumsi bahwa di bawah lapisan esnya ada air yang beku.

Bagaimana dengan Pluto? Sang mantan planet di Tata Surya ini diketahui mempunyai lautan air cair yang luas sesudah diteliti oleh wahana antariksa New Horizons pada Juli 2015. Sayangnya, lautan tersebut beracun. Lautan air cair tersebut berada di bawah permukaan esnya yang membeku.

Para astronom di NASA mengatakan bahwa lautan di bawah permukaan Pluto tercampur dengan materi kimia berbahaya dan beracun yang sering ditemukan dalam botol pembersih beling jendela, yakni kaya akan amonia.

Jadi, ternyata bukan hanya Bumi saja yang mempunyai air. Walau begitu, air di Bumi yaitu satu-satunya air yang cocok untuk kehidupan kita. Sebagai penduduk Bumi, sudah seharusnya kita menjaga kebersihan air. Momen Hari Air Sedunia 22 Maret 2017 ini dapat menjadi awal perjuangan penyadaran kita untuk pengelolaan sumber-sumber air higienis yang berkelanjutan.


Sumber: Business Insider, EarthSky, Space.com.