Bisakah Kita Melihat Ke Kala Kemudian Untuk Menyidik Big Bang?

Latar Belakang Gelombang Mikro Kosmis. Kredit: ESA/Max Planck Intitute

 – Melihat benda-benda yang jauh di alam semesta, sama halnya ibarat melihat ke masa kemudian sesuai jaraknya. Contohnya ketika melihat galaksi Andromeda yang berjarak 2,5 juta tahun cahaya, itu artinya kita melihat kondisinya 2,5 juta tahun yang lalu. Lantas, bisakah kita melihat Big Bang?

Sayangnya, kita tidak sanggup melihat Big Bang lantaran sebuah alasan “teknis”. Jika Anda berpikir kita sanggup memakai cahaya untuk melihat objek yang jauh, hal ini tidak selalu berlaku di alam semesta, terutama kalau ingin menyelidiki Big Bang.

Apa sebabnya? Ternyata, ketika alam semesta berusia kurang dari 100.000 tahun, bahan dan radiasi masih begitu padat yang bahkan cahaya juga masih “tergabung” dalam kepadatan itu. Ini berarti cahaya yang dipancarkan ketika alam semesta berusia kurang dari 100.000 tahun tidak sanggup “pergi ke mana pun”, dan akhirnya tidak sanggup kita amati ketika ini.

Secara observasional, ini berarti ketika kita mencoba untuk melihat Big Bang, kita terhalang oleh semacam “dinding” yang mempunyai pergeseran merah (redshift) ketika alam semesta berusia 100.000 tahun. Dinding ini yaitu latar belakang gelombang mikro kosmis (cosmic microwave background atau CMB).

CMB yaitu sebuah radiasi yang mengisi alam semesta dan sanggup dideteksi di setiap arah manapun kita mengamati. CMB tidak terlihat dengan mata telanjang sehingga hanya sanggup dideteksi dengan instrumen khusus. Terbentuk pasca-Big Bang, CMB merupakan radiasi awal yang merupakan sisa peninggalan Big Bang itu sendiri.

Sebelum terciptanya CMB, alam semesta hanyalah plasma panas, padat dan buram yang mengandung bahan dan energi. Foton (cahaya) tidak sanggup bepergian dengan bebas, sehingga tidak ada cahaya yang lolos di alam semesta awal. Itulah mengapa kita tidak sanggup mengamati “cahaya” dari Big Bang.
Radiasi CMB dijelaskan sebagai radiasi yang tersisa dari tahap awal perkembangan alam semesta. Saat alam semesta masih muda, sebelum pembentukan bintang dan planet, alam semesta lebih kecil, lebih panas, dan terisi dengan nyala seragam dari kabut plasma hidrogen putih-panas.
Begitu alam semesta mengembang, plasma dan radiasi yang mengisinya mendingin. Saat alam semesta sudah cukup dingin, proton dan elektron sanggup membentuk atom netral. Atom tersebut tak lagi sanggup menyerap radiasi termal, dan alam semesta menjadi transparan daripada berkabut. Kosmolog menyebut masa pembentukan atom netral pertama sebagai masa rekombinasi.
Jadi, melihat ketika Big Bang terjadi rasanya sangat sulit bahkan tak memungkinkan. Para astronom selama ini hanya mempelajari CMB sebagai sisa-sisa dari Big Bang dan juga merupakan bukti bahwa Big Bang benar-benar terjadi.