Bahayanya Melanggar Aqidah Sebagai Landasan Agama

Bahayanya Melanggar Aqidah Sebagai Landasan Agama  Bahayanya Melanggar Aqidah Sebagai Landasan Agama
Bahayanya Melanggar Aqidah Sebagai Landasan Agama (gambar ilustrasi)

LangitAllah.comAqidah merupakan modal dasar bagi setiap muslim yang merasa dirinya bertaqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Aqidah yang benar akan menuntun kita menuju jalan keberuntungan di hari simpulan zaman nanti. Sebaliknya, bagi mereka yang mempersekutukan Allah subhanahu wa Ta’ala sebagai Rabb Yang Mutlak Disembah, akan membawanya kepada kerugian yang kasatmata di hari simpulan zaman kelak.

Bahayanya Melanggar Aqidah Sebagai Landasan Agama


Dalam kehidupan ini, masih banyak kita jumpai perbuatan – perbuatan yang menyimpang dari aqidah seorang muslim yang bertaqwa. Tak jarang yang mungkin belum memahami arti pentingnya Aqidah sebagai landasan agama. Mereka mengaku mengimani Allah dan RasulNYA, serta mengaku beriman dan yakin akan adanya hari pembalasan, namun pada kenyataannya masih banyak melaksanakan perbuatan musyrik, seakan – akan mereka juga meyakini adanya kekuatan lain di luar Kuasa Allah Subhanahu wa Ta’ala. Na’udzubillahi mindzalik.

Sahabat, mari kita simak klarifikasi perihal bahayanya melanggar Aqidah sebagai landasan agama, semoga kita memahami apa arti dari aqidah itu sendiri, dan bagaimana urgensi aqidah tersebut sebagai landasan agama yang akan membawa kita kepada keberuntungan di hari dimana tak ada seorang penolong pun bagi kita selain diri kita sendiri.

Pengertian Aqidah

Pengertian Aqidah Secara Etimologi

Kata Aqidah berasal dari kata ‘aqd yang berarti pengikatan. Kalimat “Saya ber-i’tiqad begini” maksudnya: saya mengikat hati terhadap hal tersebut.
Aqidah merupakan apa yang diyakini oleh seseorang perihal sesuatu. Jika dikatakan “dia mempunyai aqidah yang benar” itu mempunyai arti aqidah orang tersebut bebas dari keraguan.

Aqidah merupakan perbuatan hati, yaitu suatu kepercayaan hati dan pembenarannya terhadap sesuatu yang dipercayai.

Pengertian Aqidah Secara Syara’

Pengertian aqidah secara Syara’ yaitu (ber)iman kepada Allah, kepada para MalaikatNya, kepada Kitab-kitabNya, kepada para RasulNya dan kepada Hari Akhir serta juga beriman kepada qadar yang baik maupun yang buruk. Hal tersebut dalam anutan agama Islam disebut juga sebagai rukun iman.

Syari’at terbagi menjadi dua, yaitu :

1. I’tiqadiyah
2. Amaliyah.

Syari’at I’tiqadiyah yakni hal-hal yang tidak bekerjasama dengan tata cara amal (perbuatan), menyerupai i’tiqad (kepercayaan) terhadap Rububiyah Allah dan kewajiban beribadah kepadaNya, juga beri’tiqad terhadap rukun – rukun iman yang lain. Hal ini disebut ashliyah (pokok agama). [Syarah Aqidah Safariniyah, I, hal. 4].

Sedangkan syari’at amaliyah yakni segala apa yang bekerjasama dengan tata cara amal (perbuatan), menyerupai ibadah shalat, zakat, puasa dan seluruh hukum-hukum amaliyah. Bagian ini disebut far’iyah (cabang agama), lantaran bab ini dibangun di atas i’tiqadiyah. Swhingga benar dan rusaknya amaliyah seseorang itu sangat tergantung dari benar dan rusaknya i’tiqadiyah seseorang.

Sehingga Aqidah yang benar yakni fundamen bagi bangunan agama serta merupakan syarat sahnya amal.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di dalam Al Qur’an pada Surah Al Kahfi :

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا

“Katakanlah: Sesungguhnya saya ini insan biasa menyerupai kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa sebenarnya Tuhan kau itu yakni Tuhan yang Esa”. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”.  [Al-Kahfi: 110]

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman dalam Al Qur’an pada Surah Az Zumar :

وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Dan sebenarnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: “Jika kau mempersekutukan (Tuhan), pasti akan hapuslah amalmu dan tentulah kau ter­masuk orang-orang yang merugi.” [Az-Zumar: 65]

Makna ayat di atas disebutkan dalam Tafsir Jalalayn bahwa, “(Dan sebenarnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada nabi-nabi sebelummu) demi Allah (“Jika kau mempersekutukan Allah) hai Muhammad, seumpamanya (niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kau termasuk orang-orang yang merugi.)”

Serta Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman dalam Al Qur’an pada Surah Az Zumar pada ayat di awal surah :

أَلَا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ ۚ وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَىٰ إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ

“Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang higienis (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya”. Sesungguhnya Allah akan tetapkan di antara mereka perihal apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.”  [Az-Zumar: 3]

Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan pada ayat – ayat di atas dan yang senada, yang jumlahnya banyak, bahwa segala amal tidak akan diterima bila tidak higienis dari syirik. Oleh alasannya itulah perhatian Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam yang pertama kali dalam dakwahnya yakni pelurusan aqidah. Dan hal pertama yang didakwahkan oleh para rasul kepada umatnya yakni menyembah Allah semata dan meninggalkan segala yang dituhankan selain Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Sebagaimana firman Allah Subhannahu wa Ta’ala:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ ۖ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَالَةُ ۚ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ

“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”, maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kau dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).” [An-Nahl: 36]

Dan setiap rasul selalu mengucapkan pada awal dakwahnya: “Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada yang kuasa bagimu selainNya.” [Al-A’raf: 59, 65, 73, 85]

Kalimat tersebut juga diucapkan oleh Nabi Nuh, Hud, Shalih, Syu’aib dan seluruh rasul. Selama kurang lebih 13 tahun di Makkah -sesudah bi’tsah- Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam mengajak umat insan kepada tauhid dan pelurusan aqidah, lantaran hal itu merupakan landasan agama Islam.

Para ulama, para da’i dan para pelurus agama dalam setiap masa, telah mengikuti jejak para rasul dalam berdakwah. Sehingga mereka memulai dengan dakwah kepada tauhid dan pelurusan aqidah, setelah itu mereka mengajak kepada seluruh perintah agama yang lain.

Sahabat LangitAllah.com, demikianlah Bahayanya Melanggar Aqidah Sebagai Landasan Agama. Demi kelangsungan ibadah dakwah, tentunya kami sangat berharap tugas kita semua untuk jangan hanya kita saja yang memahami syariat-syariat ibadah kita ini. Mari kita bagikan dan teruskan ilmu ini kepada sahabat seiman kita yang mungkin saja masih banyak yang belum memahami ilmu ini. Allah berfirman di dalam Al Qur’an pada Surah Al Ashr :

وَالْعَصْرِ ﴿١﴾ إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ ﴿٢﴾ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ ﴿٣

“Demi Masa (1); Sesungguhnya Manusia itu benar-benar dalam kerugian, (2); kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat menasehati supaya menaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran (3).” [QS. Al Ashr : 1-3].

Semoga kita tidak tergolong dalam golongan insan yang rugi sebagaimana ayat 1 dalam surah Al Ashr di atas. Wallahu A’lam Bishshawab. [Tim Redaksi LangitAllah.com]