Bahayakah Wi-Fi Untuk Kesehatan – Sekarang ini sangat banyak tempat-tempat yang menyediakan layanan wifi secara gratis, baik restoran, hotel, sekolah, maupun tempat-tempat hiburan lainnya. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pengunjung pada tempat-tempat itu. Tetapi dibalik kemudahan-kemudahan yang bisa kami dapatkan itu, ternyata Wi-fi juga menyimpan beberapa efek samping yang bisa merugikan kesehatan kami. Mungkin Anda merasa penasaran tentang dampak-dampak itu. Nah artikel ini akan menjelaskan gimana Wi-fi bisa mengakibatkan berbagai efek yang membahayakan bagi kesehatan.
Beredar berita yang mengatakan bahwa wifi bisa berakibat buruk bagi kesehatan tentunya terutama bagi otak. Bukan hanya risiko kanker otak, tapi juga tumor otak dan gangguan otak lainnya.
Benarkah berita tersebut? Mari kami simak penjelasan yang disarikan dari artikel Jack Schofield, editor komputer Guardian dan laporan dari WHO dan Cancer Reaearch UK.
Baik Guardian maupun Cancer Research UK, sama-sama mengatakan bahwa gelombang frekuensi radio yang berasal dari wifi (terutama di tempat tinggal, kantor dan tempat publik), biasanya gak memiliki pengaruh apapun terhadap otak, sekalipun itu otak bayi.
Karena itu, wifi gak memicu gangguan kesehatan, termasuk gangguan otak, baik dalam bentuk tumor, kanker, dan lain sebagainya.
Sekalipun IARC (International Agency for Research in Cancer) mengatakan bahwa gelombang wifi masuk golongan 2B alias agen yang bersifat karsinogen, tapi kami wajib paham dulu definisi golongan 2B.
Golongan 2B maknanya, agen itu baru mungkin memicu kanker jika dalam kondisi tertentu. Dalam hal wifi, maknanya gelombang radionya wajib berintensitas sangat tinggi dan paparannya harus sangat intens.
Pernyataan IARC ini, salah satunya berdasarkan pada studi Hardell yang menyebutkan bahwa ada kaitan antara penggunaan ponsel dari pengguna berat (intens) dengan tumor otak tipe tertentu.
Pernyataan IARC yang menjadi salah satu dasar argumen berita buruk tentang wifi, sejalan dengan laporan Cancer Research UK. Lengkapnya, Cancer Research UK megatakan radiasi dari wifi afalah radiasi non-ion. Hampir semua radiasi non-ion memiliki energi yang sangat lemah dibanding radiasi ion.
Radiasi non-ion banyak dimanfaatkan untuk teknologi komunikasi, alat elektronik dan gadget, termasuk microwave, radio, remote TV, remote AC, telepon tempat tinggal, walkman, TV dan tape recorder Anda. Diantara semua perabot itu, radiasi wifi termasuk yang energinya paling lemah.
Berpuluh-puluh tahun sejak keberadaan barang-barang itu, termasuk keberadaan wifi, gak ditemukan peningkatan kasus gangguan kesehatan otak akibat paparan gelombang radio dari barang-barang itu. Bahkan, stasiun transmisi wifi (BTS) masih termasuk gelombang radio berfrekuensi rendah.
Wifi, terutama di rumah-rumah, perkantoran dan tempat publik, ratusan ribu kali di bawah ambang batas berbahaya menurut standar internasional.
Karenanya, wifi dimasukkan dalam kelompok type of radiation extremely low frequency EMF atau tipe gelombang elektromagnetik yang ekstrim rendah. Gelombang radio dari wifi, 100. 000 kali lebih rendah dari microwave Anda, kata Jack.
Dimanakah Titik Bahaya Wifi ?
Jadi, wajib seberapa seringkah kami terpapar wifi supaya bisa sakit? Atau wajib seberapa tinggikah frekuensi radio dari wifi, yang bisa mengakibatkan kami sakit? Ini masih belum jelas, karena belum ditemukan kasus gangguan kesehatan karena wifi sebagai penyebab langsungnya, menurut Cancer Research UK.
Penelitian yang menyebut bahwa wifi berbahaya bagi otak orang, gak menjelaskan secara jelas metode yang menjadi dasar penelitian. Apakah di kalangan pengguna ponsel? Berapa jam sehari rata-rata partisipan memakai ponselnya? Gimana pola pemakaiannya? Apa tipe ponselnya? Karena ponsel yang beredar di pasar harusnya sudah lulus uji keamanan.
Apakah di kalangan pengguna wifi berbasis WLAN? Seberapa sering partisipan memakai wifi? Di mana mereka memakai wifi dan gimana metode pemakaiannya? Karena perangkat wifi yang beredar di pasaran juga wajib sudah lulus uji keamanan.
Studi InterPhone dengan 6. 000 partisipan dari 13 negara gak menemukan keterkaitan antara tumor otak dengan ponsel atau wifi. Bahkan, 10 persen partisipan memakai ponsel dengan intens.
Studi dari Million Women Study dengan partisipan 790. 000 wanita, juga gak menemukan hubungan apapun antara wifi dengan 18 jenis kanker, termasuk kanker otak.
Tetapi, pada laporan pertama, para peneliti menyebutkan ada kenaikan kasus tumor otak tipe yang sangat jarang ditemukan yakni tumor acoustic neuroma. Tapi, laporan ini kemudian diperbaiki, karena setelah 2 tahun analisa lanjutan, gak ada kenaikan kasus acoustic neuroma.
Penelitian para ilmuwan di Denmark dengan 420. 000 partisipan mengatakan, gak ada hubungannya antara penggunaan ponsel termasuk wifi dengan tumor otak (termasuk acoustic neuroma) dan leukimia.
Menanggapi beredarnya premis prematur tentang bahaya wifi, WHO mengeluarkan pernyataan sebagai berikut;
“Di bidang efek biologis dan aplikasi medis radiasi non-ion, setelah menganalisa dan melakukan kajian mendalam terhadap 25. 000 artikel berbasis studi ilmiah dan literatur ilmiah selama 30 tahun terakhir, meskipun ada beberapa orang yang mengatakan bahwa penelitian lanjutan perlu dilakukan, WHO menyimpulkan bahwa bukti yang terdapat saat ini gak mengonfirmasi keberadaan konsekuensi kesehatan dari paparan medan elektromagnetik tingkat rendah. “
Tetapi, jika Anda masih khawatir dan gak percaya akan penelitian dan kajiam-kajian para ahli dan badan-badan kesehatan di atas, Jack merekomendasikan supaya Anda menjaga jarak dengan perangkat wifi sejauh minimal satu meter.
Gak menaruh laptop di pangkuan tapi di meja, memakai ear phone atau headset saat menggunajan ponsel, mengusahakan pembicaraan via ponsel sesingkat mungkin, dan memangkas waktu penggunaan dunia maya, microwave, TV, radio, dan perangkat berbasis radiasi non-ion lainnya.