Bagaimana Sebuah Planet Abnormal Dapat Dianggap Laik Huni?

Ilustrasi planet ekstrasurya yang laik huni. Kredit: NASA/JPL-Caltech

 – Ada begitu banyak planet ekstrasurya yang sekarang telah ditemukan keberadannya. Tapi, bagaimana sebuah planet yang abnormal tersebut bisa kita anggap laik huni?

Sebagian ilmuwan menyampaikan bahwa kehidupan bisa berkembang dalam kondisi yang berbeda dengan kondisi di Bumi, dan mungkin bisa muncul tanpa ada air. Namun, sejauh ini kehidupan sepertinya berjalan cukup baik di Bumi dan kita belum menemukannya di kawasan lain.

Berdasarkan hal ini, mari kita lihat definisi klasik untuk zona habitasi, yakni sebuah wilayah di sekitar bintang induknya di mana setiap planet yang berada di zona tersebut dianggap bisa mempertahankan suhunya dan memungkinkan menyimpan air dalam bentuk cair di permukaannya.

Astrofisika telah menciptakan insan bisa menghitung suhu sebuah bintang, kemudian dengan menghitung jarak sebuah planet dari bintang induknya yang telah kita hitung suhunya tersebut kita sudah gampang untuk memilih suhu permukaan sang planet.

Kelaikhunian Planet di Zona Habitasi

Dalam studi planet abnormal menyerupai ini, mungkin tidak ada istilah yang lebih penuh harapan, atau lebih menyesatkan, dari istilah “laik huni”. Istilah tersebut mungkin menciptakan Anda berpikir planet yang dianggap “laik huni” merupakan planet yang ramah, cocok bagi kehidupan manusia, lengkap dengan udara bersih, serta lansekap yang menyerupai Bumi.

Faktanya, bagi para astronom, planet laik huni bukan planet menyerupai yang kita idam-idamkan tadi. Kita sanggup menglasifikasikan planet Bumi kita sebagai planet laik huni, namun para astronom juga sanggup menyematkan istilah “laik huni” tersebut untuk aneka macam planet yang mematikan, menyerupai planet Proxima b misalnya.

Yang kita ketahui sejauh ini adalah, untuk sanggup dianggap sebagai planet laik huni, setiap planet abnormal harus mempunyai air dalam bentuk cair dipermukaannya. Karena kita selalu beranggapan di mana ada air niscaya ada kehidupan, bukan?

Itulah mengapa zona habitasi begitu penting. Bila sebuah planet berada terlalu akrab dengan bintang induknya, maka suhunya akan terlalu panas sehingga air akan menguap. Tapi jika terlalu jauh, air di planet tersebut akan membeku.

Sebagai langkah memperumit problem zona habitasi, zona tersebut ternyata juga tergantung pada jenis bintang yang diorbiti oleh sebuah planet. Bintang yang lebih masif dan lebih panas, mempunyai zona habitasi yang berjarak lebih jauh Sebaliknya, bintang kecil dengan suhu yang relatif lebih rendah akan mempunyai zona habitasi yang jauh lebih dekat.

Selain jenis bintang, jenis planet juga harus diperhatikan. Bila sebuah planet berada di zona habitasi namun jenis planet tersebut merupakan planet raksasa gas menyerupai Jupiter, tetap saja tidak dianggap sebagai planet laik huni. Yang dicari para astronom merupakan planet-planet berbatu menyerupai Bumi.

Intinya, untuk bisa menganggap sebuah planet laik huni atau tidak, kita bisa cari tahu dulu jenis planet dan jenis bintang apa yang diorbitinya, kemudian hitung suhu bintang dan ketahui jarak planet dalam mengorbit sang bintang. Bila hasil perhitungan tersebut menawarkan bahwa planet abnormal ini berada di zona habitasi dan merupakan planet berbatu menyerupai Bumi, maka secara teori planet tersebut merupakan planet laik huni.


Sumber: Science Magazine, Sky & Telescope, International Journal of Astrobiology.