Bagaimana Bulan Dapat Bersinar?

Bulan Purnama. Kredit: Riza Miftah Muharram

 – Hampir setiap malam, bahkan ketika masih siang atau sudah pagi hari, kita sanggup melihat Bulan menggantung di langit dengan fase-fase berbeda. Tahukah Anda bagaimana Bulan sanggup bersinar? Benarkah ia memproduksi cahayanya sendiri?

Kita acap kali kepanasan sebab cahaya dari Matahari pada siang hari, dan lalu berdecak kagum akan cahaya Bulan yang kalem di malam hari. Namun, pada kenyataannya, cahaya yang kalem dari Bulan hanyalah semacam ilusi. Cahaya Bulan merupakan cahaya yang dipantulkan dari Matahari. Bulan menjadi semacam cermin.

Diketahui, objek alam semesta yang sanggup memancarkan cahayanya sendiri hanyalah bintang, dan Matahari termasuk benda yang kita sebut sebagai bintang. Sebuah bintang bisa menyala sebab ada reaksi fusi nuklir pada inti atau jantungnya.

Bahan penyusun utama bintang yaitu hidrogen dan helium. Bintang yaitu semacam reaktor fusi alami yang memperoleh energi dari rekasi fusi hidrogen menjadi helium dan lalu fusi helium menjadi unsur-unsur yang lain. Energi yang dihasilkan dari reaksi fusi inilah yang menjadi sumber energi bintang.

Tubuh bintang mengandung tekanan yang luar biasa tinggi sehingga tekanan ini memaksa dua atom hidrogen bergabung (fusi) untuk membentuk atom helium yang lebih “berat” daripada atom hidrogen. Akan tetapi, dalam proses fusi ini, tidak semua atom hidrogen terpakai untuk membentuk atom helium, sebagian dari atom hidrogen lepas menjadi energi.

Lalu, bagaimana dengan Bulan? Bahan penyusun Bulan bukanlah hidrogen dan helium. Diketahui, Bulan tersusun atas material yang serupa dengan Bumi. Bulan memiliki lapisan batuan luar, atau yang disebut mantel, dan inti yang mungkin sebagian besar terbuat dari besi. Bagian dalam dari Bulan begitu hambar dan padat.

Ketika sekitar 21 astronot bergantian mengunjungi Bulan, seluruh astronot tersebut melaporkan bahwa permukaan Bulan berwarna abu-abu gelap, ibarat warna trotoar. Karena warna gelap dan permukaan bergelombang itulah Bulan hanya mencerminkan sekitar 12{8b1dcbf9295d470b6fc6f0c964cd89e83e63c2758fab5815b9c3db84b919353d} dari cahaya Matahari yang menyinarinya. Selain itu, jumlah cahaya yang kita lihat dari Bulan juga tergantung pada titik orbitnya.

Selama fase kuartir awal dan kuartir akhir, kita akan melihat Bulan yang tampak setengah diterangi Matahari, dan itu hanya 8{8b1dcbf9295d470b6fc6f0c964cd89e83e63c2758fab5815b9c3db84b919353d} terangnya cahaya Bulan ketika purnama. Pada fase ini, kita bisa melihat bayang-bayang Matahari pada pegunungan atau kawah-kawah di Bulan ketika mengamatinya lewat teleskop.

Lalu pada fase Bulan Purnama, Bulan akan berada di seberang Matahari pada langit Bumi sehingga muncul sangat terang. Kemampuan Bulan yang bisa memantulkan cahaya Matahari inilah yang membuatnya bisa tampak di langit pagi ataupun siang hari.

Jadi, sehabis kita tahu apa perbedaan bintang dengan Bulan di atas, sekarang kita sanggup menyimpulkan bahwa Bulan hanya memantulkan cahaya Matahari yang diterimanya. Sama halnya dengan Bumi dan planet-planet di Tata Surya, Matahari lah sumber cahaya benda-benda di sekitarnya. Bukan ibarat katanya Bossdarling yang bahkan mengatakan identitasnya pun tak berani.


Sumber: Lunarscience.nasa.govIstp.gsfc.nasa.gov