Astaghfirullah, 3 Orang Ini Pahala Ibadahnya Diberikan Kepada Orang Lain

 Orang Ini Pahala Ibadahnya Diberikan Kepada Orang Lain Astaghfirullah, 3 Orang Ini Pahala Ibadahnya Diberikan Kepada Orang Lain
ilustrasi artikel Astaghfirullah, 3 Orang Ini Pahala Ibadahnya Diberikan Kepada Orang Lain

Astaghfirullah, 3 Orang Ini Pahala Ibadahnya Diberikan Kepada Orang Lain

Assalamu ‘alaykum wa rahmatullahi wa barakatuh
LangitAllah.comMengerjakan amal shaleh merupakan salah satu dari penafsiran perintah ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dalam firmanNYA menyebutkan bahwa makhluk yang dari golongan insan dan jin tidak diciptakan melainkan hanya untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala semata, tanpa mempersekutukannya dengan makhluk manapun selainNYA.

Namun dalam konteks beribadah kepada Allah, tentunya ada pedoman hukum yang harus ditaati oleh seorang hamba. Yang mana pedoman yang dimaksud? Tak lain yaitu pedoman yang berlaku untuk seluruh alam semesta yaitu Al Qur’an dan As Sunnah yang telah terhimpun dengan rapih dalam banyak sekali kitab hadits shahih oleh  empat imam mazhab di seluruh penjuru dunia.

Tapi dalam penerapannya, tidak sedikit yang keliru dan justru hanya berlelah – lelah semata. Seluruh pahala hasil jerih payahnya yang ia usahakan kesannya diberikan kepada orang lain. Sehingga beberapa ulama tak henti – hentinya menawarkan nasehat kepada insan untuk senantiasa beribadah semata-mata hanya mengharap ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala, serta berusaha untuk tidak termasuk dari salah satu di antara 3 orang yang pahala ibadahnya diberikan pada orang lain.

Bagaimana nasehat – nasehat para ulama yang dimaksud 3 makhluk yang bekerja namun hasilnya diberikan kepada orang lain itu? Berikut isi nasehat tersebut :

“Ada tiga makhluk yang bekerja, tapi hasilnya untuk orang lain:

Perilaku Anjing

Siapa yang tak mengenal jenis binatang yang berjulukan anjing ini?. Anjing merupakan binatang liar yang sanggup dibiasanya juga dijadikan binatang peliharaan bagi sebahagian orang untuk keperluan tertentu.

Hewan ini populer sangat setia terhadap majikannya, namun disamping sifat setia yang dimilikinya itu terdapat pelajaran yang tidak sanggup dijadikan rujukan dalam kehidupan sehari-hari kita, apalagi dalam hal beribadah kepada Sang Maha Pencipta.

Lalu apa nasehat yang sanggup diperoleh dari sifat jelek binatang yang satu ini?

“ANJING yang mengejar binatang buruannya, kemudian menyerahkannya kepada pemiliknya”.

Sepintas lalu, bagi sebagian orang akan beranggapan bahwa hal itu masuk akal saja, alasannya seekor binatang peliharaan sudah selaiknya membalas kecerdikan baik majikan yang telah merawat dan memeliharanya.
Namun dalam hal beribadah, di mana ritual ibadah yang seharusnya itu yaitu urusan seorang hamba dengan Sang Khaliq merupakan perbuatan yang sia-sia, alasannya ibadah yang semestinya merupakan miliknya dan bekal baginya untuk dibawa menghadap kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala kelak di hari kemudian harus hilang dan menjadi milik orang lain tanpa tersisa sedikit pun baginya.

Orang Yang Pelit

“Orang yang PELIT, dia mengumpulkan harta, tapi sesudah banyak terkumpul, harta itu menjadi milik hebat warisnya”.

Betapa tidak, orang yang pelit dan bakhil ketika mati semua hartanya akan menjadi milik para hebat warisnya. Maka merugilah orang yang pelit jikalau para hebat warisnya membelanjakan harta peninggalannya itu ke jalan yang dimurkai Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Orang pelit ini juga digambarkan merupakan sifat yang menghancurkan. Betapa tidak, semua harta yang diusahakannya buoan merupakan miliknya, tapi milik hebat warisnya.

Sifat ini yaitu citra dari amalan jelek ibarat orang bau tanah yang tidak pernah menawarkan bekal ilmu agama kepada anak – anaknya. Tidak pernah menganjurkannya berbuat baik, juga tak pernah melarangnya melaksanakan kemungkaran dan maksiat.

Orang bau tanah semacam ini di hari pembalasan, anak – anaknya akan tiba mengadu kepada Allah Yang Merajai Hari Pembalasan menuntut orang tuanya yang tidak pernah memberinya bekal ilmu agama untuk digunakannya veribadah kepada Allah. Lalu meskipun orang bau tanah tersebut merupakan hebat ibadah semasa hidupnya, maka semua pahala amalan ibadahnya dulu diberikan kepada keturunan dan hebat warisnya sampai tak tersisa sedikitpun baginya.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Hati-hatilah dari sifat kikir lantaran sesungguhnya ia telah menghancurkan umat-umat sebelum kalian.” [H.R. Muslim]

Imam Ali bin Abi Thalib (ra) berkata:

“Jadilah orang yang gemar memberi tapi jangan jadi pemboros. Jadilah orang yang hidup hemat, tapi jangan jadi orang yang kikir”. [Al-Mukhtarah min Hikam Amiril Mukminin sa: 14]

Orang Yang Melakukan Ghibah

Allah Subhanahu wa Ta’ala benar-benar telah mencela penyakit ghibah ini dan telah menggambarkan orang yang berbuat ghibah dengan citra yang sangat hina dan jijik. Syaikh Abdurrahman bin Nasir As-Sa’di berkata: “Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan suatu citra yang menciptakan (seseorang) lari dari ghibah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), lantaran sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kau yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kau merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”. [Al Hujurat :12]

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyamakan mengghibahi saudara kita dengan memakan daging saudara (yang dighibahi tadi) yang telah menjadi bangkai, yang (hal ini) amat sangat dibenci oleh jiwa manusia. Sebagaimana kalian membenci memakan dagingnya -apalagi dalam keadaan bangkai, tidak bernyawa- maka demikian pula hendaklah kalian membenci mengghibahinya dan memakan dagingnya dalam keadaan hidup”.

Memakan bangkai binatang yang sudah anyir saja menjijikkan, namun hal ini masih lebih baik daripada memakan daging saudara kita. Sebagaimana dikatakan oleh ‘Amru bin Al-‘Ash Radhiyallahu ‘anhu.

“Dari Qais, dia berkata: ‘Amru bin Al-‘Ash Radhiyallahu ‘anh melewati bangkai seekor bighol (hewan hasil persilangan kuda dengan keledai), kemudian dia berkata: “Demi Allah, salah seorang dari kalian memakan daging bangkai ini (hingga memenuhi perutnya) lebih baik baginya daripada ia memakan daging saudaranya (yang muslim)”.

Syaikh Salim Al-Hilaly berkata : “..Sesungguhnya memakan daging insan merupakan sesuatu yang paling menjijikkan secara tabi’at untuk bani Adam, walaupun (yang dimakan tersebut) orang kafir atau musuhnya yang melawan. Bagaimana pula jikalau (yang engkau makan adalah) saudaramu seagama?, sesungguhnya rasa benci dan jijik semakin bertambah. Dan bagaimanakah lagi jikalau dalam keadaan bangkai? lantaran sesungguhnya makanan yang baik dan halal dimakan, akan menjadi menjijikan jikalau telah menjadi bangkai…”

“Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu sebetulnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Semua muslim terhadap muslim yang lain yaitu harom, yaitu darahnya, kehormatannya, dan hartanya”. [HR. Muslim]

Orang yang mengghibah berati dia telah mengganggu kehormatan saudaranya, lantaran yang dimaksud dengan kehormatan yaitu sesuatu yang ada pada insan yang bisa dipuji dan dicela.

Ghibah atau bergunjing atau menghina sanggup menciptakan pahala seseorang berpindah kepada orang lain yang ia gunjingkan Rasulullah saw bertanya,

“Tahukah kalian siapakan orang gulung tikar itu?” Para sahabat menjawab,” Orang gulung tikar berdasarkan kami yaitu orang yang tidak punya uang dan tidak punya harta sama sekali.” Bersabda Beliau saw,” Orang yang gulung tikar di kalangan umatku yaitu orang yang tiba di hari Kiamat nanti dengan membawa shalat, puasa dan zakat. Tetapi ia pun tiba dengan membawa dosa mencaci si anu, menuduh si anu, makan harta si anu, menumpahkan darah si anu, memukul si anu. Akibatnya, diambillah kebaikan-kebaikan yang sudah ia lakukan dan diberikan kepada mereka yang ia zalimi. Jika kebaikannya sudah habis padahal belum selesai pembayaran kepada mereka maka dosa-dosa mereka lah yang akan dicampakkan kepadanya kemudian ia pun kemudian dilemparkan ke neraka.” [HR. Muslim dari Abu Hurairah ra].

Hadiah Pahala Bagi Orang yang Dihina

Bila anda dicela, dihina, dan direndahkan oleh orang lain maka jangan terlalu bersedih.
Sesungguhnya pencelamu sedang berbuat baik kepadamu dari dua sisi :
Ia sedang menghadiahkan kebaikannya kepadamu
Dengan alasannya celaannya Allah menghapus dosa-dosamu

Seorang salaf berkata :

Kalau saya boleh berghibah maka kedua orangtuakulah yang paling berhak untuk saya ghibahi, lantaran mereka berdualah yang paling berhak untuk kuserahkan kebaikanku.
Karenanya kaum syiah yang selalu mencela para sahabat sesungguhnya menguntungkan para sahabat, Allah menghendaki kebaikan terus mengalir kepada para sahabat meskipun mereka dalam liang lahad..

Demikian juga halnya dengan Ibnu Taimiyyah dan Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab yang senantiasa dicela dan dituduh dengan tuduhan dusta sampai ketika ini, supaya pahala terus mengalir kepada mereka.

Wallahu a’lam bishshawab.
Sumber referensi : Al Qur’an dan Hadits

—————————————–
Sahabat, jikalau anda seorang yang sedang mendalami ilmu agama dan hendak melaksanakan percepatan memperoleh ganjaran pahala yang banyak di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka jangan ragu untuk membagikan artikel ini kepada keluarga dan sahabat kita semenjak ketika ini. Semoga Allah mengakibatkan perjuangan kita ini sebagai ladang yang terus mengalirkan pahala bagi kita alasannya ilmu yang bermanfaat. Ketahuilah, tak ada insan yang tak mempunyai dosa, dan kita butuh amalan yang bisa menghapus lautan dosa yang telah kita perbuat selama hidup kita ini. Namun Allah Yang Maha Pengampun telah menawarkan jalan ampunan dan keridhaan-Nya bagi hamba-Nya yang gemar memohon ampun kepada-Nya.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Demi jiwaku yang ada di tangan-Nya, jikalau kau tidak pernah berbuat dosa, maka Allah akan mematikan kau dan menggantikannya dengan suatu kaum yang berbuat dosa kemudian mereka meminta ampun kepada-Nya, kemudian Allah akan mengampuni mereka” [HR. Muslim no. 2749].
Wallahu a’lam bishshawab. [Tim Reaksi LangitAllah.com]

Label : Akhlak, Ghibah, 3 Orang Ini Pahala Ibadahnya Diberikan Kepada Orang Lain

Deskripsi : Sungguh rugi 3 golongan orang ini, semua pahala amal ibadahnya ditolak kemudian diberikan kepada orang lain. Semoga kita tidak termasuk salah satu di antara 3 orang ini. Na’udzubillahi minzalik.